SUMENEP- Magnet situs Makam Asta Tinggi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tergolong sangat luar biasa ketimbang komplek makam lain yang ada di Pulau Madura.
Betapa tidak, untuk sekedar melestarikan dan menjaga komplek tersebut, ada 104 juru kunci yang bertugas secara bergantian. Ratusan juru kunci tersebut, dijadwal sedemikian rapi dan tertib, serta disebar ke dua komplek makam, baik sisi barat maupun timur.
Lebih menarik lagi, mereka tidak hanya berasal dari kabupaten Sumenep, melaikan ada yang berasal dari luar Pulau Madura, seperti kabupaten Banyuwangi dan Probolinggo, Jawa Timur.
“Yang pasti, untuk tiap harinya ada sebanyak 12 orang juru kunci yang bertugas di sini. Untuk jumlah totalnya, ada 104 juru kunci,” ujar Nur Halim (52), salah satu juru kunci yang bertugas di kubah utama sisi barat.
Halim menerangkan, tugas dari para juru kunci sendiri sangat berbeda. Bila di depan, pengunjung pasti disambut oleh seorang juru kunci yang bertugas menanyakan jumlah rombongan yang dibawa, sekaligus menunjukkan komplek makam yang akan dikunjungi.
Demikian juga saat melintas di gerbang tengah, pengunjung juga akan disambut oleh senyum khas sang juru kunci, sembari melempas tangan kanan, menunjukkan komplek makam utama yang berada di dalam cungkup atau kubah.
Terakhir, saat sampai di cungkup, di mana di dalamnya berisi makam para raja Sumenep, pengunjung juga bertemu dengan juru kunci lagi. Biasanya, selain menerangkan silsilah dan sejarah singkat raja yang dimakamkan, juru kunci tersebut juga sering didaulat untuk memimpin pembacaan surat Yasin dan tahlil.
“Yang membuat kita kelabakan, kalau pengunjung banyak. Sulit bagi waktu dalam melakukan penjelasan,” tegas Halim.
Profesi sebagai juru kunci makam Asta Tinggi, oleh Halim sendiri dijalani dengan ikhlas tanpa pamrih. Dia mengaku sejak tahun 1982 telah menjadi juru kunci di makam para raja tersebut. Artinya, hampir separuh umur yang dimiliki, banyak diabdikan diri untuk menjadi juru kunci.
“Bagi saya ini pekerjaan yang sangat mulia. Selain bisa mengabdi bagi beliau (raja), juga untuk melestarikan warisan sejarah Sumenep,” ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Samsuri, juru kunci bagian depan, yang biasa menerima dan mendata pengunung Asta Tinggi. Pria asal kabupaten Banyuwangi ini mengaku memilik kepuasan batin, karena bisa menjadi bagian dari Asta Tinggi, meski hanya sebatas jadi juru kunci.
“Sudah puluhan tahun saya di sini melayani pengunjung. Ini menjadi kebanggan tersendiri,” terangnya.
Sementara itu, Tanziel (30), salah satu pengunjung komplek makam Asta Tinggi, menyatakan bahwa dirinya sering berkunjung ke komplek makam tersebut. Paling tidak satu kali dalam satu bulan, bila ada tugas kerja di kabupaten Sumenep selalu menyempatkan diri ziarah.
Dia menyatakan tidak punya motif apa-apa, hanya sebatas ziarah dan mempelajari warisan sejarah besar yang dimiliki oleh Pulau Madura, khususnya kabupaten Sumenep. Terlebih lagi, menjadi pelajaran hidup bahwa di dunia ini tak ada yang kekal dan semua akan kembali pada sang pencipta.
“Tujuan saya hanya sekedar untuk ziarah, sekaligus menikmati warisan budaya yang sangat tak ternilai harganya,” kata Tanziel, yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta ini.
(Subairi/Koran SI/ful)
0 komentar:
Posting Komentar