Apa yang terpikir setelah mendengar kata Muhammadiyah? Rumah Sakit, Sekolah, Pondok Pesantren, bahkan film Laskar Pelangi. Inilah yang dibentuk oleh KH Ahmad Dahlan yaitu membangun kepedulian terhadap pendidikan, bahkan hal-hal yang cukup revolusioner pada masa penjajahan, misalnya shalat ied di lapangan (dimana masa-masa itu belanda takut akan aksi massa), dan penerjemahan Al-Qur’an (saat itu sangat dilarang oleh Belanda).
KH Dahlan ini merupakan seorang ulama memiliki visi jauh ke depan dalam menatap nasib generasi. Pidatonya yang berjudul “Tali Pengikat Hidup Manusia” yang isinya: orang itu mesti beragama, dan agama itu pada mulanya bercahaya tapi makin lama makin suram. Padahal yang suram itu bukan agamanya, akan tetapi manusianya. Dalam tulisan berjudul ‘Al-Islam dan Al-Qur’an’—yang merupakan satu-satunya tulisan Dahlan yang dipublikasikan—dinyatakan adanya kekalutan dikalangan umat. Mereka pecah belah dan tidak pernah bersatu.
Menurutnya, yang menyebabkan perpecahan itu adalah para pemimpin umat itu dangkal ilmunya, sehingga kalau bermusyawarah mereka selalu bersandar pada hawa nafsu dan tidak dengan ilmu. Dan para pemimpin yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya hanya untuk bersombong dan untuk kepentingan sendiri. Hal ini mirip sekali dengan keadaan sekarang dimana pemimpin sudah tidak peduli rakyat hanya memikirkan dirinya sendiri. Ingat kata-katanya, Pemimpin itu sedikit bicara dan banyak kerja, bukan memperalat yang bodoh dan lemah untuk kepentigan pribadinya.
Bila menangkap isi ceramahnya yang dikumpulkan muridnya, HR Hadjid, tampak Kiai Dahlan itu ingin membangun masyarakat yang berjiwa sosial, yang senang berkorban untuk umat manusia. Dalam tafsir 17 Kelompok Ayat Dahlan tampak, bahwa KH Ahmad Dahlan sangat kukuh berpegang pada prinsip tauhid sebagai pijakan amal gerakannya. Namun kesalehan manusia (umat Islam) ini menurut KH Dahlan tidak berhenti pada kesalehan ibadah ritual, seperti menjalankan ibadah mahdhah. Tapi harus utuh menjadi amal sosial. Itulah yang dimaksud amal saleh. Dengan merujuk antara lain, surat Al-Ma’un, KH Ahmad Dahlan berpandangan bahwa orang yang sekedar salat—secara ritual—tapi mengabaikan kepedulian sosial (antara lain ditunjukan terhadap anak yatim dan faqir miskin) itulah hakekat orang yang “lalai” (sahun) dalam salatnya. Sehingga masih terancam dengan neraka wail. Itulah pendusta agama—pembohong terhadap Allah—pura-pura saleh.
Dari tulisan KH Ahmad Dahlan dan pengungkapan HR Hadjid tentang KH Ahmad Dahlan, kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dalam menggerakan masyarakat untuk beramal dan berorganisasi KH Ahmad Dahlan berpegang pada beberapa prinsip yaitu: senantiasa mempertanggungjawabkan tindakan kepada Allah, perlu adanya ikatan persaudaraan berdasarkan kebenaran sejati, perlunya setiap pemimpin menambah terus ilmu sehingga bijaksana dalam mengambil keputusan, ilmu harus diamalkan, perlunya dilakukan perubahan untuk menuju keadaan lebih baik, dan mencontohkan jiwa berkorban. Jadi yang dikembangkan KH Ahmad Dahlan bukanlah sistem, tapi etos.
Dengan demikian cita-cita KH Ahmad Dahlan adalah ingin menumbuhkan masyarakat Islam. Maksud masyarakat Islam ini, masyarakat yang berkarakter Islam dengan pola sunah Muhammad saw. Yang menjadi ciri khas gerakan sunah Muhammad saw ini adalah membangun dan memberdayakan masyarakat. Mendidik masyarakat supaya terjadi perubahan perilaku menjadi berkarakter Islam dengan kesadaran dan ilmu, bukan dengan paksaan atau kekerasan. Sebagaimana yang dijalankan Muhammad saw (Sunnah). Sehingga ajaran Islam itu bisa dirasakan terasa simpatik, menyenangkan, dan menggembirakan, bukan menimbulkan anti pati, menyusahkan dan menakutkan masyarakat yang belum faham. Karena itulah usaha yang dijalankan KH Ahmad Dahlan bukanlah diartikan organisasi, tapi sebagai Gerakan bernama Persyarekatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah itu sebagai Gerakan Islam artinya yang mendukung pikiran dan ide Muhammadiyah itu sekedar orang-orang yang jadi anggota Muhammadiyah—lazimnya organisasi. Tapi yang mendukung gerakan Muhammadiyah adalah selain anggota, juga yang bukan anggota organisasi Muhammadiyah. Inilah rahasianya kenapa Muhammadiyah itu ide dan amalannya lebih besar dari organisasi Muhammadiyah atau jumlah anggotanya itu sendiri—yang menurut catatan resmi tahun 2000, tercatat sekitar 700 ribu orang.
Gagasan KH Ahmad Dahlan yang terpenting adalah terbentuknya jama’ah Islam, untuk bersama-sama berikhtiar mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Menurut pendapatnya fungsi Al-Qur’an sebagai kitab suci tidak hanya untuk dipelajari, apalagi sekedar untuk membaca dan dihafalkan. Oleh karena itu Ahmad Dahlan menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang diefektifkan untuk mengkaji al-Qur’an, sekaligus menjadi tempat bermusyawarah guna menyepakati pengamalannya. Oleh karenannya gerak Muhammadiyah tidak pernah lepas dari tiga amalan tersebut, ialah: pengkajian Al-Qur’an, musyawarah, dan amal.
0 komentar:
Posting Komentar