Beberapa waktu yang lalu saya sempat berdiskusi dengan teman – teman saya tentang jatuh cinta pada pandangan pertama. Meskipun tidak semua pernah merasakan, namun ternyata hampir sebagian dari kami pernah merasakan hal tersebut.
Jatuh cinta pada pandangan pertama memang digambarkan sebagai perasaan yang luar biasa. Tidak sedikit individu yang akan melakukan pendekatan secara intensif untuk benar – benar mewujudkan perasannya tersebut. Agak sulit membedakan perasaan suka yang biasa saja, dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa individu yang jatuh cinta pada pandangan pertama biasanya mengalami:
- Perasaan berdebar – debar saat mereka memasuki sebuah ruangan atau ketika pertemu untuk pertama kalinya.
- Kedua individu merasa bahwa mereka sudah mengenal satu sama lain dengan baik, bahkan lebih baik dari beberapa yang sudah ia kenal sebelumnya.
- Muncul dorongan yang kuat untuk mengatakan ‘I love you’
- Saat kita merasa sedang mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama, dalam waktu singkat kita dapat membayangkan hidup kita di masa yang akan datang bersama pasangan
- Meskipun baru beberapa jam berkenalan, saat berpisah muncul rasa khawatir terhadap (calon) pasangan tersebut
- Pada umumnya individu akan merasa bahwa hubungan yang dijalani terkesan ‘terlalu mudah’. Mereka tidak memiliki ketakutan akan gagalnya hubungan tersebut.
Hal yang menarik adalah meskipun banyak yang mengusahakan perasaan jatuh cinta pada pandangan pertama kejenjang yang lebih serius, sebuah artikel menjelaskan bahwa melangsungkan sebuah hubungan berdasarkan sebuah passion bukanlah sebuah hal yang bijak dilakukan. Satu hal yang melatarbelakangi hal tersebut adalah individu cenderung hanya melihat ‘pasangan hidupnya tersebut’ hanya dari sisi positif. Dengan kata lain, meskipun ‘pasangan hidup’ tersebut memiliki hal – hal dasar yang tidak cocok dengan kita, kita cenderung untuk mengabaikan hal tersebut.
Saat individu menyadari perbedaan mendasar tersebut, besar kemungkinan individu akan mencoba ‘menerima’ perbedaan yang ada. Berbagai macam cara biasanya akan dilakukan untuk memaksimalkan kebahagiaan mereka. Sebuah survey yang diikuti 21.501 pasangan mengungkapkan hal – hal yang biasanya dianggap penting serta dapat mempengaruhi kebahagiaan pasangan, yang juga dapat menjadi pertimbangan bagi pasangan yang memulai kisahnya dari love at first sight adalah:
Setelah memperhatikan grafik – grafik di atas, sebagian besar dari kita pasti akan berkaca pada hubungan yang sedang kita jalani. Apakah komunikasi kita dengan pasangan cukup baik, apakah pasangan kita mengerti yang saya rasakan dsb. Grafik di atas, sedikit banyak menggambarkan beberapa hal dasar yang banyak dicari oleh pasangan. Sebagai contoh, pada awal sebuah hubungan, komunikasi biasanya merupakan hal yang esensial. Seiring berjalannya waktu, justru hambatan komunikasi dapat muncul. Jika salah satu pasangan tidak dapat menangkap ide atau tidak sejalan dengan pikiran salah satu pihak maka tetu saja komunikasi akan menjadi masalah. Begitu juga jika salah satu pasangan terbiasa menceritakan / berbagi berbagai macam hal namun pasangan tidak terbiasa dengan hal tersebut, tentu hal ini bisa menjadi sumber konflik dikemudian hari.
Pada artikel kenapa bisa suka, dijelaskan bahwa individu biasanya berpasangan dengan alasan proximity, similiarity, dan reciprocity. Namun demikian, pada beberapa kasus, seperti pada kasus jatuh cinta pada pandangan pertama, 3 hal tersebut mungkin tidak muncul. Seperti yang dijelaskan di awal tulisan, studi lain menjelaskan bahwa mereka yang berhubungan karena dasar love at first sight percaya bahwa mereka mampu menanggulangi hampir seluruh masalah yang ada. Meskipun baik, namun hal tersebut berpotensi ‘membutakan’ mereka akan perbedaan – perbedaan mendasar yang ada. Oleh karena itu, untuk mereka yang berada di hubungan yang berlandaskan jatuh cinta pada pandangan pertama sebelum memutuskan melangkah ke jenjang yang lebih serius, pikirkan lah kembali hal – hal yang dirasa penting untuk masing – masing pasangan.
0 komentar:
Posting Komentar