A. Asal - usul dan persebaran manusia di Indonesia dapat dilacak dari teori-teori sebagai berikut :
1. Berdasarkan Rumpun Kebangsaan
Penduduk Indonesia memiliki banyak persamaan dalam hal ras, bahasa, dan kebudayaan, kecuali : orang-orang Irian dan Halmahera. Dengan membandingkan suara-suara dalam bunyi bahasa yang diucapkan maka dapat ditemukan adanya rumpun kebahasaan.
Di kawasan Asia Tenggara terdapat rumpun bahasa-bahasa.
1. Bahasa Astro-Asia di India ( Mundhal dan Non Khmer di India Belakang )
2. Bahasa Astronesia yang meliputi bahasa Indonesia, Melanesia, Micronesia dan Polinesia.
Dengan menggunakan perbandingan kesamaan-kesamaan bahasa maka dimungkinkan sekali kesamaan atau kekerabatan pemakainya.
Ciri fisik penduduk asli Indonesia :
Menurut Dr. H.Th.Fischer dalam bukunya Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia,
ditinjau dari bentuk fisik penduduk asli Indonesia dapat dipisahkan 3 Golongan, yaitu :
a. Golongan Negrito dengan ciri berkulit hitam, rambut keriting, lengkung alis menjorok
tingginya rata-rata 1,5 m. Profil semacam ini terdapat pada orang Tapiro di Irian.
b. Golongan Weddoid dengan ciri-ciri khas rambut berombak tegang, lengkung alis menjorok ke depan dan kulitnya agak cokelat. Profil semacam ini terdapat pada bangsa Senoi di Malaka, saika di Siak, Kubu di Palembang dan Tomuna di Sulawesi.
c. Golongan Melayu dengan ciri tubuh lebih tinggi dan ramping. Wajahnya bundar, hidung pesek serta berambut hitam.
Golongan Melayu digolongkan menjadi dua
a. Proto Melayu ( Melayu Tua ) : yang terdapat pada suku Toraja, Mentawai, Dayak
b. Deutro Melayu ( Melayu Muda ) : terdapat pada suku Jawa, Sunda, Minang Kabau,
Bali, Makasar.
Penduduk Indonesia memiliki banyak persamaan dalam hal ras, bahasa, dan kebudayaan, kecuali : orang-orang Irian dan Halmahera. Dengan membandingkan suara-suara dalam bunyi bahasa yang diucapkan maka dapat ditemukan adanya rumpun kebahasaan.
Di kawasan Asia Tenggara terdapat rumpun bahasa-bahasa.
1. Bahasa Astro-Asia di India ( Mundhal dan Non Khmer di India Belakang )
2. Bahasa Astronesia yang meliputi bahasa Indonesia, Melanesia, Micronesia dan Polinesia.
Dengan menggunakan perbandingan kesamaan-kesamaan bahasa maka dimungkinkan sekali kesamaan atau kekerabatan pemakainya.
Ciri fisik penduduk asli Indonesia :
Menurut Dr. H.Th.Fischer dalam bukunya Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia,
ditinjau dari bentuk fisik penduduk asli Indonesia dapat dipisahkan 3 Golongan, yaitu :
a. Golongan Negrito dengan ciri berkulit hitam, rambut keriting, lengkung alis menjorok
tingginya rata-rata 1,5 m. Profil semacam ini terdapat pada orang Tapiro di Irian.
b. Golongan Weddoid dengan ciri-ciri khas rambut berombak tegang, lengkung alis menjorok ke depan dan kulitnya agak cokelat. Profil semacam ini terdapat pada bangsa Senoi di Malaka, saika di Siak, Kubu di Palembang dan Tomuna di Sulawesi.
c. Golongan Melayu dengan ciri tubuh lebih tinggi dan ramping. Wajahnya bundar, hidung pesek serta berambut hitam.
Golongan Melayu digolongkan menjadi dua
a. Proto Melayu ( Melayu Tua ) : yang terdapat pada suku Toraja, Mentawai, Dayak
b. Deutro Melayu ( Melayu Muda ) : terdapat pada suku Jawa, Sunda, Minang Kabau,
Bali, Makasar.
Bangsa Melayu meiliki ciri-ciri dominan Mongoloid dan ciri Austromelanesoid.
Teori tentang asal-usul bangsa Melayu :
1. Bangsa Melayu berasal dari Asia Tengah ( daerah Utara ). Pendapat ini dikemukakan
oleh tokoh-tokoh sebagai berikut :
1. RH. Geldem
2. J HC Kern
3. W. Marsden
4. JR Foster
5. JR Logan
2. Bangsa Melayu berasal dari Nusantara. Pendapat ini dikemukakan oleh tokoh-tokoh berikut ini :
1. J. Crawfurd
2. Sutan Takdir Alisyahbana
3. Gorys Keraf
Menurut Prof. Dr. H.Kern dan Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan (Tonkin) lembah S.Mekhong Vietnam. Yang merupakan rumpun bangsa Austronesia. Perpindahan disebabkan oleh : bencana alam atau serangan bangsa bar-bar / pengembara dari Cina Utara ( bangsa Mongol atau Tar-Tar ).
Perpindahan ke Indonesia terjadi dua gelombang :
a. Gelombang I ( 2.000 SM )
Nenek moyang bangsa Indonesia yang pertama dikenal dengan sebutan Proto Melayu ( Melayu Tua ) dengan membawa kebudayaan Neolithikum. Mereka datang dari Yunan melaui jalur Barat dan Timur yang diantaranya menggunakan perahu bercadik.Jalur Barat mulai dari semenanjung Malaka, Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Peninggalan kebudayaan yang dibawa melaui jalur Barat ini adalah kapak persegi. Sedangkan jalur Timur mulai dari Tonkin, menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, Sulawesa, Maluku, Irian dan Australia. Peninggalan kebudayaan yang dibawa melalui jalur ini adalah kapak lonjong. Dari sekian banyak suku bangsa Indonesia yang tersebar di kepulauan Indonesia, masih dapat dilihat bangsa yang tergolong Proto Melayu seperti suku Batak pedalaman, suku Dayak, suku Toraja dan suku Papua.
b. Gelombang II ( 500 SM )
Gelombang kedua ini juga masih termasuk rumpun Austronesia yang disebut Deutro Melayu ( Melayu Muda ) . Kebudayaan yang dibawa ras ini relatif lebih maju karena mereka sudah mengenal benda-benda dari Perunggu , seperti Kapak Corong, Nekara dan perhiasan Perunggu ( Kebudayaan Dongson ). Bangsa dari ras Deutro Melayu akhirnya mendesak ras Proto Melayu. Sifat ras Deutro Melayu ini lebih terbuka terhadap pengaruh kebudayaan luar dibandingkan dengan ras Melayu
Tua. Melalui perjalanan waktu yang sangat panjang , ras Melayu Muda ini akhirnya menjadi nenek moyang sebagian besar bangsa Indonesia. Kedatangannya melahirkan kebudayaan baru dan kemudian menjelma menjadi kebudayaan Bangsa Indonesia hingga sekarang ini.
2. Berdasarkan Penemuan Arkeologis
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang menjadi tempat kehidupan lama, sebagai bukti banyak ditemukan situs tempat kehidupan manusia yang tersebar di Indonesia. Dengan ditemukan fosil-fosil manusia Purba paling tidak bisa menjadi pembuka tabir kehidupan manusia di masa lampau.
Fosil manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Meganthrophus Palaeojavanicus
b. Pithecanthropus ( Manusia Kera )
1. Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto )
2. Pithecanthropus Soloensis ( Manusia Kera dari Solo )
3. Pithecanthropus Erectus ( Manusia Kera Berjalan Tegak )
c. Homo
1. Homo wajakensis
2. Homo Soloensis
3. Homo sapiens
Kesimpulan yang dikemukakan oleh Teuku yacob adalah sebagai berikut :
a. Suatu fakta bahwa tidak pernah ditemukan adanya peralatan di sekitar penemuan fosil yang
menunjukkan bahwa makhluk itu sudah berbudaya
b. Volume otak Phitecanthropus masih terlampau kecil bila dibandingkan dengan makhluk
Manusia sekarang. Volum otak bisa diperkirakan kapasitas rongga tengkoraknya .Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa volume otak Phitecanthropus Erectus sekitar 800 cc. Phitecanthropus Soloensis 1000 cc, sedang manusia sekarang rata-rata 1.500 cc. Dengan demikian , sulit dipercaya bahwa makhluk itu telah mempunyai akal.
c. Rongga mulut tengkorak Phitecanthropus menunjukkan bahwa makhluk itu belum bisa menggunakan bahasa, dengan keterbatasan akal dan ketiadaan bahasa, sulit bagi makhluk itu untuk secara sadar membuat pola-pola kehidupan yang teratur. Akal dan bahasa memang merupakan kunci berkembangnya sebuah kebudayaan. Berkat adanya evolusi dan adaptasi terhadap lingkungan alamnya, tentu makhluk ini juga berkembang pula keahlian serta kebudayaannya.
Pithecanthropus dianggap sebagai makhluk pendahulu manusia di kawasan Asia yang hidup antara 2.000.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.
Akhirnya jenis ini musnah dan muncul generasi pertama manusia sekarang yang hidup pada lapisan Pleistosen muda atau zaman glasial terakhir ( sekitar 80.000 tahun yang lampau )
Sejak zaman Holosen fosil yang ditemukan menunjukan adanya empat ras pokok di Bumi ini yaitu :
a. Ras Australoid
b. Ras Mongoloid
c. Ras Kaukasoid
d. Homo Sapiens
b. Teknologi dan sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
1. Perkembangan Teknologi awal masyarakat Indonesia
Teknologi pada masyarakat berburu dan meramu
Pada masa berburu dan meramu bentuk teknologi yang muncul berkaitan dengan pencatatan
hidup untuk kebutuhan sehari – hari
1. Teknologi pemangkasan disebut Core tools. Alat bantu ini menghasilkan kapak perimbas
bifasial ( dua sisi ) kapak perimbas mono facial ( satu sisi ) dan kapak genggam
2. Teknologi pembentukan berkembang masa plestosen yang dihasilkan kapak perimbas dan
serpih ( contoh budaya Pacitan )
Untuk pembuatan serpih dilakukan dengan dua teknik yaitu :
a. Teknik clatton ( banyak ditemukan di Sangiran )
b. Teknik Lovallois ( banyak ditemukan di Pacitan )
Pada pasca Pleistosin teknologi pembuatan peralatan mengenai kemajuan dikenal teknik pemangkasan sekunder ( setelah terbentuk serpih baru dibentuk sesuai keperluan peralatan yang dibutuhkan )
3. Teknik Konkavo – Konveks
Teknologi pada masa masyarakat pertanian. Pada masa ini sudah mulai banyak ditemukan jenis teknologi yang menyangkut berbagai bentuk :
1. Bidang Pertanian dan irigasi
Sistem Irigasi tingkat permulaan dikembangkan seiring dengan berlangsungnya bercocok tanam, dengan cara membuat pematang dan sistem sawah berundag yang dilengkapi dengan saluran air. Jenis tanaman yang dikembangkan seperti : keladi, sukun, pisang
2. Bidang Metalurgi
Yaitu sistem teknologi untuk mengolah bijih-bijih logam menjadi artefak atau barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Teknologi Metalurgi mencakup dua hal :
a. cara mengambil logam
b. cara pembuatan artefak ( mengolah logam menjadi barang jadi )
3. Bidang Astronomi
JL. Brandes dalam teori Brandes Tien Puten ( sepuluh mutiara Brandes ) mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki sepuluh budaya asli ( local genius ) antara lain adalah pengetahuan astronomi, pengetahuan ini digunakan untuk kepentingan pelayaran, pertanian . di daerah Sumba terdapat upacara Sanga yaitu pemujaan terhadap Matahari, Bulan dan Bintang
4. Bidang Pelayaran
Bidang pelayaran melahirkan teknologi pembuatan kapal. Bukti perkembangannya adalah lukisan perahu pada dinding gua di Sulawesi Tenggara, Maluku, Timor-Timur, Nusa Tenggara Timur, juga relieif yang terdapat pada candi Borobudur. Bentuk yang berkembang adalah perahu lesung, perahu besar dan perahu besar tidak bercadik.
2. Perkembangan Sistem Kepercayaan masyarakat awal Indonesia
Kepercayaan pada masyarakat awal Indonesia tumbuh sejak masa berburu dan meramu dalam
bentuk tingkatan yang paling sederhana. Perkembangan kepercayaan tersebut sebagai berikut :
a. Bentuk Religi tingkat Pertama
Yaitu pemujaan terhadap roh orang yang telah menuinggal dunia/roh nenek moyang. Bentuk religi ini disebut Animisme ( Spiritulisme )
b. Tingkat Kedua yaitu Dinamisme, suatu keyakinan adanya kekuatan di luar manusia atau di alam seperti sungai, gunung, hujan dan lain-lain
c. Tingkat Ketiga yaitu suatu keyakinan yang dilambangkan dengan suatu makhluk yang memiliki kehidupan yang digambarkan sebagai dewa-dewa. Kepercayaan ini disebut Polytheisme. Dengan adanya keyakinan bahwa Dewa-Dewa tersebut adalah penjelmaan dari suatu Dewa maka muncullah bentuk religi disebut Monotheisme atau ada istilah Henotheisme yaitu keyakinan adanya satu Dewa/Tuhan tanpa ada Dewa atau makhluk halus yang lain.
Selain bentuk – bentuk religi di atas terdapat kepercayaan yaitu Totemisme yaitu pemujaan terhadap binatang tertentu, juga muncul Naugalisme yaitu keyakinan Totiisme yang dianut perorangan.
Teori tentang asal-usul bangsa Melayu :
1. Bangsa Melayu berasal dari Asia Tengah ( daerah Utara ). Pendapat ini dikemukakan
oleh tokoh-tokoh sebagai berikut :
1. RH. Geldem
2. J HC Kern
3. W. Marsden
4. JR Foster
5. JR Logan
2. Bangsa Melayu berasal dari Nusantara. Pendapat ini dikemukakan oleh tokoh-tokoh berikut ini :
1. J. Crawfurd
2. Sutan Takdir Alisyahbana
3. Gorys Keraf
Menurut Prof. Dr. H.Kern dan Von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan (Tonkin) lembah S.Mekhong Vietnam. Yang merupakan rumpun bangsa Austronesia. Perpindahan disebabkan oleh : bencana alam atau serangan bangsa bar-bar / pengembara dari Cina Utara ( bangsa Mongol atau Tar-Tar ).
Perpindahan ke Indonesia terjadi dua gelombang :
a. Gelombang I ( 2.000 SM )
Nenek moyang bangsa Indonesia yang pertama dikenal dengan sebutan Proto Melayu ( Melayu Tua ) dengan membawa kebudayaan Neolithikum. Mereka datang dari Yunan melaui jalur Barat dan Timur yang diantaranya menggunakan perahu bercadik.Jalur Barat mulai dari semenanjung Malaka, Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Peninggalan kebudayaan yang dibawa melaui jalur Barat ini adalah kapak persegi. Sedangkan jalur Timur mulai dari Tonkin, menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, Sulawesa, Maluku, Irian dan Australia. Peninggalan kebudayaan yang dibawa melalui jalur ini adalah kapak lonjong. Dari sekian banyak suku bangsa Indonesia yang tersebar di kepulauan Indonesia, masih dapat dilihat bangsa yang tergolong Proto Melayu seperti suku Batak pedalaman, suku Dayak, suku Toraja dan suku Papua.
b. Gelombang II ( 500 SM )
Gelombang kedua ini juga masih termasuk rumpun Austronesia yang disebut Deutro Melayu ( Melayu Muda ) . Kebudayaan yang dibawa ras ini relatif lebih maju karena mereka sudah mengenal benda-benda dari Perunggu , seperti Kapak Corong, Nekara dan perhiasan Perunggu ( Kebudayaan Dongson ). Bangsa dari ras Deutro Melayu akhirnya mendesak ras Proto Melayu. Sifat ras Deutro Melayu ini lebih terbuka terhadap pengaruh kebudayaan luar dibandingkan dengan ras Melayu
Tua. Melalui perjalanan waktu yang sangat panjang , ras Melayu Muda ini akhirnya menjadi nenek moyang sebagian besar bangsa Indonesia. Kedatangannya melahirkan kebudayaan baru dan kemudian menjelma menjadi kebudayaan Bangsa Indonesia hingga sekarang ini.
2. Berdasarkan Penemuan Arkeologis
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang menjadi tempat kehidupan lama, sebagai bukti banyak ditemukan situs tempat kehidupan manusia yang tersebar di Indonesia. Dengan ditemukan fosil-fosil manusia Purba paling tidak bisa menjadi pembuka tabir kehidupan manusia di masa lampau.
Fosil manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Meganthrophus Palaeojavanicus
b. Pithecanthropus ( Manusia Kera )
1. Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto )
2. Pithecanthropus Soloensis ( Manusia Kera dari Solo )
3. Pithecanthropus Erectus ( Manusia Kera Berjalan Tegak )
c. Homo
1. Homo wajakensis
2. Homo Soloensis
3. Homo sapiens
Kesimpulan yang dikemukakan oleh Teuku yacob adalah sebagai berikut :
a. Suatu fakta bahwa tidak pernah ditemukan adanya peralatan di sekitar penemuan fosil yang
menunjukkan bahwa makhluk itu sudah berbudaya
b. Volume otak Phitecanthropus masih terlampau kecil bila dibandingkan dengan makhluk
Manusia sekarang. Volum otak bisa diperkirakan kapasitas rongga tengkoraknya .Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa volume otak Phitecanthropus Erectus sekitar 800 cc. Phitecanthropus Soloensis 1000 cc, sedang manusia sekarang rata-rata 1.500 cc. Dengan demikian , sulit dipercaya bahwa makhluk itu telah mempunyai akal.
c. Rongga mulut tengkorak Phitecanthropus menunjukkan bahwa makhluk itu belum bisa menggunakan bahasa, dengan keterbatasan akal dan ketiadaan bahasa, sulit bagi makhluk itu untuk secara sadar membuat pola-pola kehidupan yang teratur. Akal dan bahasa memang merupakan kunci berkembangnya sebuah kebudayaan. Berkat adanya evolusi dan adaptasi terhadap lingkungan alamnya, tentu makhluk ini juga berkembang pula keahlian serta kebudayaannya.
Pithecanthropus dianggap sebagai makhluk pendahulu manusia di kawasan Asia yang hidup antara 2.000.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.
Akhirnya jenis ini musnah dan muncul generasi pertama manusia sekarang yang hidup pada lapisan Pleistosen muda atau zaman glasial terakhir ( sekitar 80.000 tahun yang lampau )
Sejak zaman Holosen fosil yang ditemukan menunjukan adanya empat ras pokok di Bumi ini yaitu :
a. Ras Australoid
b. Ras Mongoloid
c. Ras Kaukasoid
d. Homo Sapiens
b. Teknologi dan sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
1. Perkembangan Teknologi awal masyarakat Indonesia
Teknologi pada masyarakat berburu dan meramu
Pada masa berburu dan meramu bentuk teknologi yang muncul berkaitan dengan pencatatan
hidup untuk kebutuhan sehari – hari
1. Teknologi pemangkasan disebut Core tools. Alat bantu ini menghasilkan kapak perimbas
bifasial ( dua sisi ) kapak perimbas mono facial ( satu sisi ) dan kapak genggam
2. Teknologi pembentukan berkembang masa plestosen yang dihasilkan kapak perimbas dan
serpih ( contoh budaya Pacitan )
Untuk pembuatan serpih dilakukan dengan dua teknik yaitu :
a. Teknik clatton ( banyak ditemukan di Sangiran )
b. Teknik Lovallois ( banyak ditemukan di Pacitan )
Pada pasca Pleistosin teknologi pembuatan peralatan mengenai kemajuan dikenal teknik pemangkasan sekunder ( setelah terbentuk serpih baru dibentuk sesuai keperluan peralatan yang dibutuhkan )
3. Teknik Konkavo – Konveks
Teknologi pada masa masyarakat pertanian. Pada masa ini sudah mulai banyak ditemukan jenis teknologi yang menyangkut berbagai bentuk :
1. Bidang Pertanian dan irigasi
Sistem Irigasi tingkat permulaan dikembangkan seiring dengan berlangsungnya bercocok tanam, dengan cara membuat pematang dan sistem sawah berundag yang dilengkapi dengan saluran air. Jenis tanaman yang dikembangkan seperti : keladi, sukun, pisang
2. Bidang Metalurgi
Yaitu sistem teknologi untuk mengolah bijih-bijih logam menjadi artefak atau barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Teknologi Metalurgi mencakup dua hal :
a. cara mengambil logam
b. cara pembuatan artefak ( mengolah logam menjadi barang jadi )
3. Bidang Astronomi
JL. Brandes dalam teori Brandes Tien Puten ( sepuluh mutiara Brandes ) mengatakan bahwa bangsa Indonesia memiliki sepuluh budaya asli ( local genius ) antara lain adalah pengetahuan astronomi, pengetahuan ini digunakan untuk kepentingan pelayaran, pertanian . di daerah Sumba terdapat upacara Sanga yaitu pemujaan terhadap Matahari, Bulan dan Bintang
4. Bidang Pelayaran
Bidang pelayaran melahirkan teknologi pembuatan kapal. Bukti perkembangannya adalah lukisan perahu pada dinding gua di Sulawesi Tenggara, Maluku, Timor-Timur, Nusa Tenggara Timur, juga relieif yang terdapat pada candi Borobudur. Bentuk yang berkembang adalah perahu lesung, perahu besar dan perahu besar tidak bercadik.
2. Perkembangan Sistem Kepercayaan masyarakat awal Indonesia
Kepercayaan pada masyarakat awal Indonesia tumbuh sejak masa berburu dan meramu dalam
bentuk tingkatan yang paling sederhana. Perkembangan kepercayaan tersebut sebagai berikut :
a. Bentuk Religi tingkat Pertama
Yaitu pemujaan terhadap roh orang yang telah menuinggal dunia/roh nenek moyang. Bentuk religi ini disebut Animisme ( Spiritulisme )
b. Tingkat Kedua yaitu Dinamisme, suatu keyakinan adanya kekuatan di luar manusia atau di alam seperti sungai, gunung, hujan dan lain-lain
c. Tingkat Ketiga yaitu suatu keyakinan yang dilambangkan dengan suatu makhluk yang memiliki kehidupan yang digambarkan sebagai dewa-dewa. Kepercayaan ini disebut Polytheisme. Dengan adanya keyakinan bahwa Dewa-Dewa tersebut adalah penjelmaan dari suatu Dewa maka muncullah bentuk religi disebut Monotheisme atau ada istilah Henotheisme yaitu keyakinan adanya satu Dewa/Tuhan tanpa ada Dewa atau makhluk halus yang lain.
Selain bentuk – bentuk religi di atas terdapat kepercayaan yaitu Totemisme yaitu pemujaan terhadap binatang tertentu, juga muncul Naugalisme yaitu keyakinan Totiisme yang dianut perorangan.
Sumber: http://pagenjahan.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar