Generalizing Approach ( antropologi sosial ) dalam etnologi mencari azas persamaan di belakang aneka warna dalam beribu-ribu masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi ini. Pengertian tentang azas tersebut dapat dicapai dengan metode-metode yang dimasukkan ke dalam dua golongan.
Golongan pertama, terdiri dari metode yang menuju kearah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan kebudayaan yang terbatas (tiga sampai paling banyak lima). Metode ini menyebabkan bahwa seorang sarjana antropologi mencapai suatu pengertian bulat tentang unsur-unsur kebudayaan tertentu dalam rangka masyarakat-masyarakat lain pada umumnya.
Golongan kedua, terdiri dari metode yang menuju kearah perbandingan merata dari sejumlah unsur terbatas dalam suatu jumlah masyarakat yang sebanyak mungkin ( dua-tiga ratus atau lebih). Dalam metode ini pengertian tentang azas-azas masyarakat dan kebudayaan manusia dicapai melalui sifat aneka warna atau diversitasnya.
Kedua golongan metode seperti yang diuraikan di atas tadi itu dalam cara berpikir seorang sarjana antropologi tentu tidak terlepas satu dengan lain, tetapi selalu saling terkait.
Penerapan dari ilmu antropologi mula-mula adalah terhadap masalah pembangunan masyarakat desa, kemudian lebih luas lagi yaitu terhadap masalah ekonomi pedesaan, terhadap masalah kesehatan rakyat pedesaan, terhadap masalah kependudukan dan lain-lain, yang telah menimbulkan berbagai spesialisasi dalam ilmu antropologi.
Antropologi sosial sering kali disebut antropologi sosial budaya, karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan. Antropologi ini tertarik untuk mempelajari struktur dan fungsi kelompok dengan melihat fenomena-fenomena seperti materi kebudayaan, bahasa, karya seni, dan agama, yang lebih menekankan institusi daripada melihat manusia sebagai pribadi.
Contoh :
Penelitian mengenai kondisi wilayah suatu desa tertentu dengan melakukan pengamatan. Dengan cara mengamati kondisi geografis wilayah yang diteliti, kemudian melihat keadaan masyarakat setempat sesuai kondisi geografis wilayah tersebut. Meneliti terbentuknya organisasi dan struktur social yang ada di masyarakat setempat. Serta interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat.
Misalnya desa Kemloko di kabupaten Temanggung yang daerahnya terletak di lereng gunung Sumbing yang mempunyai hawa dingin dan cocok untuk tanaman tembakau, sehingga mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani tembakau. Hal ini mempengaruhi struktur sosial di desa Kemloko. Seperti adanya petani tembakau, pedagangnya dan distributornya ke kota. Selain juga ada yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai. Organisasi sosial yang ada di desa Kemloko antara lain adalah PKK,LKMD dan Karang Taruna.
0 komentar:
Posting Komentar