Hubungan negara-negara Eropa dengan Afrika di daerah sub sahara  dimulai pada abad 15 oleh orang Portugis dengan merebut Ceuta dari  orang-orang islam yaitu tanjung Bojador, tanjung Verde, tanjung Palmas  dan pantai-pantai di Afrika Barat. Pada awal abad 17  Portugis terdesak oleh bangsa Eropa lain. Mereka memberi nama daerah  sesuai hasil alamnya misalnya Pantai Emas, Pantai Gading, dsb. Pada  tahun 1875 baru 10,8% dari daerah Afrika yang berada dibawah kekuasaan  bangsa barat. Spanyol, Inggris, Prancis, dan Portugis menguasai daerah  Afrika yang pada masa itu luasnya 1.250.000 mil persegi. Inggris  memiliki daerah terbesar di Afrika. Kekuasaan Prancis hanya terbatas di  pantai sebelah utara, pos-pos terasing di Senegal dan Pantai Guinea,  seluruhnya diperkirakan meliputi 170.000 mil persegi. 
Portugal menguasai daerah sepanjang pantai Angola dan Mozambique. Spanyol menguasai daerah seluas 1000 mil persegi di Afrika Barat laut. Penjelajahan daerah pedalaman Afrika makin dipergiat sesudah dibentuk lembaga “International Asssociaton for the Exploration and Civilization of Central Afrika” (1876) atas inisiatif Leopold II Raja Belgia. Terbitnya buku “The Congo” (1885) oleh H.M. Stanley mengakibatkan bangsa-bangsa barat ingin menjajah Afrika. Ketika di Eropa terjadi Perang Dunia I (1914-1918), Afrika juga terseret dalam perang karena Inggris dan sekutunya berusaha merebut koloni Jerman di Afrika. Pada awal 1916 ketika hasil perang masih belum jelas Inggris dan Prancis telah membuat kesepakatan untuk membagi bekas koloni Jerman di Afrika. Pada masa Perang Dunia II (1939-1945) Afrika digunakan untuk kepentingan strategi perang dan ekonomi.
A. KOLONI PERANCIS DI AFRIKA BARAT
Sebelum Perang Dunia 1 berakhir di Afrika Barat juga terdapat daerah jajahan Jerman yaitu Togo dan Kamerun. Sampai sebelum Perang Dunia 1 berkobar, koloni Prancis di Afrika Barat meliputi dari gurun pasir Sahara sampai Teluk Guinea. Prancis ingin memperluas wilayahnya dari Afrika Barat ke Afrika Timur atau dari Dakar ke Jibuti. Prancis ingin membentuk Imperium dari Samudera Atlantik ke Samudera Hindia. Krisis Fashoda 1898 mengakibatkan cita-cita tersebut tidak dapat terwujud.
Portugal menguasai daerah sepanjang pantai Angola dan Mozambique. Spanyol menguasai daerah seluas 1000 mil persegi di Afrika Barat laut. Penjelajahan daerah pedalaman Afrika makin dipergiat sesudah dibentuk lembaga “International Asssociaton for the Exploration and Civilization of Central Afrika” (1876) atas inisiatif Leopold II Raja Belgia. Terbitnya buku “The Congo” (1885) oleh H.M. Stanley mengakibatkan bangsa-bangsa barat ingin menjajah Afrika. Ketika di Eropa terjadi Perang Dunia I (1914-1918), Afrika juga terseret dalam perang karena Inggris dan sekutunya berusaha merebut koloni Jerman di Afrika. Pada awal 1916 ketika hasil perang masih belum jelas Inggris dan Prancis telah membuat kesepakatan untuk membagi bekas koloni Jerman di Afrika. Pada masa Perang Dunia II (1939-1945) Afrika digunakan untuk kepentingan strategi perang dan ekonomi.
A. KOLONI PERANCIS DI AFRIKA BARAT
Sebelum Perang Dunia 1 berakhir di Afrika Barat juga terdapat daerah jajahan Jerman yaitu Togo dan Kamerun. Sampai sebelum Perang Dunia 1 berkobar, koloni Prancis di Afrika Barat meliputi dari gurun pasir Sahara sampai Teluk Guinea. Prancis ingin memperluas wilayahnya dari Afrika Barat ke Afrika Timur atau dari Dakar ke Jibuti. Prancis ingin membentuk Imperium dari Samudera Atlantik ke Samudera Hindia. Krisis Fashoda 1898 mengakibatkan cita-cita tersebut tidak dapat terwujud.
B. PELAKSANAAN POLITIK KOLONIAL PERANCIS DI AFRIKA BARAT
 Sebelum Perang Dunia II, politik kolonial Perancis yang dijalankan di  daerah-daaerah koloninya berdasarkan suatu doktrin asimilasi.  Pemerintahan di koloni-koloni dikendalikan dari Paris. Kekuasaan  dipegang oleh Menteri Tanah Jajahan dan Parlemen dan melalui penguasa  tertinggi dikoloni diteruskan kepada pegawai-pegawai yang lebih rendah  di daerah-daerah. Perkembangan ekonomi di koloni tidak diperhatikan.  Pembentukan industri tidak didorong, peraturan bea cukai mengakibatkan  koloni-koloni terkena sistem monopoli. Eksploitasi terhadap koloni  dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Adapun organisasi politik kolonial Prancis :
1. Diharapkan bahwa koloni-koloni akan mempunyai wakil di dalam Assembly yang akan dibentuk dan bertugas membuat rencana konstitusi baru bagi Prancis.
2. Sangat diperlukan adanya wakil-wakil koloni dal;am pemerintahan pusat di Prancis Metropolitan, agar pemerintahan menjadi lebih lengkap dan lebih teratur daripada masa-masa sebelumnya.
3. Setiap proyek pembaharuan yang ditujukan hanya untuk memperbaiki sistem perwakilan yang dibuat pada 1939
4. Hendaknya dibentuk suatu badan baru yang disebut Colonial Parlement atau ebih tepat disebut Federal Assembly yang dapat memenuhib cita-cita menjamin French Federation yaitu kesatuan Prancis dan koloni-koloninya.
5. Penguasa-penguasa di koloni dalam melaksanakan tugasnya harus menyesuaikan diri dengan keputusan-keputusan yang diambil oleh kekuasaan sentral atau badan federasi dan juga dari berbagai daerah.
 Di Afrika Barat, Senegal adalah yang paling maju  menerima politik yang berdasarkan doktrin tersebut kemudian disusul  Pantai Gading. Oleh karena kemakmuran dan kemajuannya maka sesudah  Perang Dunia II berakhir Senegal dan Pantai Gading memiliki isisiatif  terbesar dalam hal perjuangan sosio-politik negerinya. Senegal merupakan  koloni Prancis yang tertua di Afrika Barat. Senegal menduduki tingkat  tertinggi dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah menengah yang  didirikan oleh Pemerintah menghasilkan Senegalais (orang Senegal) yang  berpendidikan. Istilah Senegalais kemudian berkembang menjadi orang Afrika Barat  Perancis. Tokoh-tokoh berpendidikan yang terkenal diantaranya L.  Senghor (tokoh gerakan Negritude), Mamadou Dia (seorang ekonom terkemuka  dan perdana menteri pertama di Senegal), Lamine Gueye (Walikota Dakar),  M. Blaise Diagne (seorang politikus), dsb.
 Pada 1920 dan 1925 di Senegal dilakukan reorganisasi. St. Louis  dijadikan ibukota dan pusat kebudayaan. Pada tahun 1904-1959 Dakar  dijadikan ibukota federasi Afrika Barat Perancis. Dalam  bidang politik sejak 1848 Perancis telah mengumumkan bahwa penduduk  koloni mempunyai hak untuk memilih wakil-wakilnya ke National Assembly.  Senegal juga diberi hak untuk mengatur pemerintahan  kotapraja.  Demikianlah keadaaan Afrika Barat Prancis dihubungkan dengan pelaksanaan  politik kolonial Perancis. Senegal merupakan daerah  yang paling maju dan memiliki infrastuktur yang berguna untuk hari-hari  mendatang berupa bandar yang bagus, Universitas, sistem jalan raya dan  kereta api yang baik, rencana ekonomi yang terperinci, pengalaman yang   banyak dalam bidang politik, dan landasan terbang internasional.  Perhatian Perancis yang sangat besar tehadap Senegal membuat membuat  daerah-daerah di Afrika Barat Prancis lain iri sehingga ada yang dengan segan-segan masuk dalam federasi bersama Senegal.
 Dengan adanya konferensi Brazaville (1944) terjadilah perubahan dalam  politik kolonial Perancis. Sesudah Perang Dunia II berakhir,  utusan-utusan dari Afrika berada di Paris untuk ikut serta dalam sidang  Constituent Assembly bersama-sama utusan Perancis. Peristiwa ini memberi  kesempatan daerah-daerah di Afrika untuk mewakili wakil-wakil dalam  Parlemen Perancis. Sebelumnya kesempatan seperti ini hanya diberikan  kepada Senegal.
 Pantai Gading merupakan daerah yang maju dan lebih kaya daripada  Senegal. Kemakmuran tersebut diperoleh dari tanah yang subur, ekspor  kopi dan coklat, hasil tambang intan dan kayu hutan.  Pemimpin terkemuka  dari daerah ini adalah Felix Houphouet Boigny. Bersama dengan Lamine  Gueye dan Leopoid Senghor dari Senegal ia berjuang untuk kepentingan Afrika Barat melalui lembaga-lembaga legislatif dan eksekutif di Paris. 
 Perjuangan Houphouet Boigny ialah agar tercipta suatu kerjasama yang  baik antara negara-negara Afrika bekas daerah Perancis secara individual  dengan Republik Perancis. Houphouet mencita-citakan adanya 8 negara  otonom yang masing-masing secara individual berhubungan dengan Paris.  Sedangkan L. Senghor menghendaki adanya republik federal Afrika di dalam  French Union. Karena perbedaan pendapat ini L. Senghor menyarankan agar  Afrika Barat Prancis dibagi menjadi 2 federasi : satu  dengan ibukota Dakar dan yang lain beribukota di Abijan.  Walaupun 2  tokoh ini berbeda pendapat namun keduanya sama-sama menginginkan  kelangsungan hubungan dengan Prancis merupakan faktor yang esensial bagi  perkembangan dan pembangunan Afrika.
 Dengan masuknya Houphouet Boigny dalam kabinet Mollet, maka terciptalah  rencana konstitusi baru untuk daerah di seberang lautan. Undang-undang  tersebut terkenal dengan nama “loi Codry” atau “Skelaton Law”. Undang-undang ini membawa suatu revolusi dalam hubungan Afrika-Perancis. Dua prinsip utama politik kolonial Perancis  (asimilasi dan sentralisasi) terpaksa dilepaskan. Konsepsi bahwa  penduduk Afrika harus menjadi warganegara Perancis dan pendapat bahwa  pemerintah kolonial Perancis harus memerintah dari Perancis akhirnya  ditinggalkan juga. 
 Daerah-daerah di Afrika Prancis akan mengatur dirinya  sendiri: mungkin ada harapan antara bekas koloni tersebut akan  dilangsungkan hubungan dengan Republik Perancis. Akan tetapi gagasan  membentuk Greater France tidak terealisasi. Referendum De Gaulle (1958)  memeberikan bukti bahwa French Community dibentuk sebagai ganti French  Union. Hubungan antara negara-negara baru di Afrika (bekas koloni  Prancis) pada umumnya tetap dibina.
C. PELAKSANAAN POLITIK KOLONIAL INGGRIS DI AFRIKA BARAT
 Sampai menjelang berkobarnya Perang Dunia I daerah Inggris terdapat di Afrka Barat,  Selatan, Tengah Timur dan Utara dan beberapa pulau di sekitar benua  Afrika. Kekuasaan Inggris di Afrika Barat terdapat di Gambia, Sierra  Leone, Gold Coast (Pantai Emas) dan Nigeria. Gambia adalah daerah  kekuasaan Inggris di Afrika Barat yang paling tua tetapi paling akhir  memperoleh kemerdekaan. Gambia terdiri atas daerah coastal colony yang  diperintah langsung oleh British Colonial Office dan inland protectorate  diperintah melalui kepala-kapala suku bumiputera. Daerah ini memiliki  kota-kota penting seperti Eathurst dan Georgetown. Dearah lainnya  merupakan  daerah protektorat. 
 Sierra Leone, semula kekuasaan Inggris hanya terbatas di Freetown dan  sekitarnya. Freetown merupakan kota yang penting dan pada awalnya  didirikan untuk menampung budak-budak negro yang telah dibebaskan dari  Inggris dan Hindia Barat. Juga terdapat pelarian orang-orang Inggris  dari negeri induk dan dari koloni di Amerika yang tidak setujuakan  terbentuknya negara Amerika Serikat. Sesudah perang Napoleon berakhir,  bekas tentara negro dikirim ke Sierra Leone. Mereka mendirikan desa-desa  di sebelah tenggara Freetown. Penduduk pendatang pada umumya tinggal di  Coastal Colony. Negro yang direpatriasi ini disebut sebagai orang Creol  dan hidup terpisah dari penduduk negro di daerah protektorat di  pedalaman yang masih mengikuti cara-cara tradisional kesukuan. Sebagian  besar penduduk bumiputera  beragama islam sedangkan orang Creol yang  tata hidupnya mengikuti orang Barat beragama Kristen dan berbahasa  Inggris. Dibandingkan penduduk lain di Afrika Barat, orang-orang Creol adaah yang paling dahulu maju.
 Pada tahun 1827 dibuka Fourah Bay University College yang merupakan pusat pendidikan tinggi di Afrika Barat Inggris. Golongan elite yang terdiri atas orang-orang Creol tersebut kemudian tersebar di Afrika Barat Inggris.  Hubungan dan kerjasama yang baik antara bagian koloni dan protektorat  sulit dilaksanakan. Baru sesudah Perang Dunia II berakhir, nampak adanya  pendekatan antara kedua pihak tersebut.
 Di Gold Coast musuh Inggris yang sukar ditundukkan adalah orang-orang  Ashanti. Mereka menolak kerjasama dengan Inggris dan melawan penetrasi  Inggris ke utara. Pada 1898 Inggris dan Perancis menandatangi Perjanjian  Paris yang berisi penentuan tapal batas daerah-daerah utara dan barat  Gold Coast yang berbatasan pada wilayah milik Prancis. Pada 1899 Jerman  dan Inggris bersepakat untuk menentukan batas-batas timur dan utara Gold  Coast yang berbatasan pada daerah Togo milik Jerman. Tetapi ketika pada  1922 Togo dijadikan daerah mandat, sebagian daerahnya masuk wilayah  Gold Coast.
 Pada 1901 Ashanti menerima kekuasaan Inggris sehingga seluruh Gold Coast  menjadi Imperium Inggris. Perkembangan sosial dan politik di daerah  koloni dan daerah protektorat di pedalaman  berbeda. Penduduk di koloni  seperti halnya di Nigeria Selatan lebih cepat maju dan mereka menuntut  perubahan sosial dan ekonomi sedangkan penduduk di daerah protektorat  Gold Coast dan Nigeria Utara ingin mempertahankan berlangsungnya  kekuasaan tradisional. Maka tak heran apabila Gold Coast Selatan dan  Nigeria Selatan menjadi pelopor perjuangan mencari pemerintahan sendiri  di Afrika Barat. Gold Coast tidak termasuk daerah kaya namun pada zaman  imperialisme kuno daerah ini menarik pelaut-pelaut  dan  pedagang-pedagang kulit putih karena menjadi perdagangan budak dan emas.   Sekarang hasil terpentingnya adalah coklat sedangkan di Sierra Leone  adalah brilian dan di Gambia adalah kacang tanah.
 Nigeria dengan luas sekitar 332.000 mil persegi dengan penduduk  30.000.0000 jiwa dan kekayaan berupa tambang emas, timah, batubara,  minyak bumi dan berbagai macam bahan mentah adalah daerah kekuasaan Inggris terbesar di Afrika Barat.  Nigeria merupakan daerah koloni dan daerah protektorat. Kolonin Lagos  didirikan sejak 1862. Pada 1900 secara resmi pemerintahan Niger Coast  Protektorat berakhir dan diserahkan kepada pemerintahan Inggris. Jabatan  Konsul dan sebagainya diganti dan disesuaikan dengan jabatan-jabatan  dalam administrasi pemerintahan Inggris. Pada tahun yang sama Royal  Niger Company juga menyerahkan daerah kekuasaannyakepada Pemerintahan  Inggris. Sir Frederick Lugard menjabat  High Commissioner yang pertama  untuk protektorat Nigeria Utara.
 Pada 1908-1909 hampir seluruh wilayah Nigeria telah jatuh ke tangan  Inggris. Hanya daerah di sebelah utara koloni Lagos yang waktu itu masih  merdeka. Hal ini disebabkan karena perjanjian 1893, Sir Gilbert Carter  (gubernur Lagos) menjamin kemerdekaan suku Egba. Kepala suku tersebut  Alake memerintah menurut contoh pemerintahan di Lagos. Pada 1912 di  daerah tersebut terjadi pemberontakan melawan Alake, tetapi dengan  bantuan tentara dari Lagos, pemberontakan tersebut dapat ditindas. Pada  1914 Alake terpaksa menerima perjanjian yang berisi bahwa ia harus  menyerahkan daerahnya pada pemerintahan Inggris. Pada 1922 Nigeria  mendapatkan tambahan daerah di bagian timur, ialah bekas koloni  Jerman-Cameroon yang dijadikan daerah mandat dan diserahkan kepada  Inggris dan Perancis.
 Dalam bidang sosial, sesuai dengan program memperluas dan memperdalam  kekuasaan Inggris serta melakukan pasifikasi keadaan, maka ia melakukan  tindakan sebagai berikut:
1. Mengirim rombongan untuk melakukan penelitian terhadap daerah pedalaman.
2. Memperluas daerah kekuasaan Inggris diwilayah Nigeria
3. Memperbaiki pusat kedudukan pemerintah, dari Lokoya ke Zungeru yang terletak ditepi sungai Kaduna, 12 mil dari Wushishi, tempat garsinun Inggris.
4. Memperbaiki lalulintas, sehingga hubungna lalulintas tidak hanya mengambil jalan sungia seperti sediakala, tetapi juga dengan kereta api.
5. Membuat macam-macam peraturan
6. Mendirikan badan-badan pengadilan.
 Rombongan penyelidik dengan tugas meneliti keadaan sosial dan keadaan  alam Nigeria Utara segera dikirim dan hasilnya akan besar artinya bagi  pelaksanaan program tersebut. Makin luas daerah yang dikuasai oleh  Inggris, makin terasa bahwa lalulintas melalui sungai tidak lagi  memadai. Demi lancarnya jalan pemerintahan, pengangkutan barang-barang  dagangan dan terjaminnya keamanan, maka dibentuklah departemen  lalulintas. Pada waktu itu Lagos Railway yang beroperasi di Nigeria  Selatan baru menghubungkan Lagos dengan Ibadan. Jalan kereta api ini  diperluas ke utara sampai Jebba melalui Ilorin. Atas usul Lugard,  disebelah utara didirikan jalan tram yang menghubungkan Zungeru dengan  Wushishi. Pembuatan jalan kereta api dibagian utara ini dipercepat  karena dua masalah yaitu: (1) kapas Nigeria yang diakui sangat bagus  kwalitasnta dapat diekspor secara besar-besaran. (2) insiden  pemberontakan di Satiru, dimana pemberontakan ini dipimpin oleh Mahdi.
 Dalam bidang politik, perluasan kekuasaan Inggris didaerah utara ini  dilakukan dengan cara memberi surat penunjukan kepada emir-emir didaerah  itu. Surat tersebut berisi bahwa emir yang ditunjuk menjadi kepala  daerah harus mengakui kekuasaan protektorat sebagai penguasa tertinggi  dan mengikuti perintah High Commissioner. Pengaruh kepala-kepala daerah  bumiputera masih dipertahankan, rakyat diperintah melalui  pemimpin-pemimpin yang berkuasa secara turun temurun atau karena  dipilih. Susunan pemerintah yang menggunakan pengaruh kepala daerah  bumiputera berarti bahwa lembaga-lembaga atau dewan-dewan yang telah  lama ada dapat berlangsung terus. Hokum, adapt kebiasaan local tetap  berlaku. Akan tetapi para pejabat-pejabat bumiputera bukanlah penguasa  yang bebas menjalankan pemerintahan. Mereka diangkat an ditunjuk oleh  High Commissioner dan harus tunduk kepada isi surat penunjukan.
 Untuk menjaga ketertiban dan keamanan dibentuk badan-badan pengadilan  yang disebut Supreme Court, Provincial Court, dan Native Coart.  Pengadilan tertinggi berada dibawah dibawah kepala kehakiman Inggris,  menggunakan prosedur dan hokum Inggris, mempunyai kekuasaan mengadili  segala macam perkara didaerah kota, asal bukan perkara penduduk  bumiputera. Pengadilan bumiputera mengadili perkara bumiputera dengan  menggunakan hukum dan tradisi penduduk.
 Daerah kekuasaan Inggris semakin luas, jumlah residen yang semula hanya  dua orang ditambah, masing-masing menjadi kepala daerah provinsi.  Diseluruh daerah terdapat 11 provinsi dan dibagi menjadi 40 distrik,  masing-masing distrik dibawah kekuasaan seorang pegawai urusan politik.  Pegawai ini dibantu oleh dua atau tiga orang asisten dan menjalankan  tugas yang pada dasarnya mempertahankan barlangsungnya pemerintahan  kolonial Inggris. Tugas-tugasnya adalah mendengarkan keluhan-keluhan  penduduk, mengadili perkara-perkara yang dimintakan banding, mengusut  ketidak adilan, memberi saran perbaikan untuk penguasa lokal. Rencana  tentangn sistem pemerintahan yang dibuat secara kebetulan ini membawa  hasil yang baik dan memakan biaya yang sedikit, oleh sebab itu diterima  baik oleh kementrian Tanah Jajahan.
 Dalam bidang pendidikan, Sir Donald Cameron membuat rumusan tentang  sistem indirect rule, memperluas bidang pendidikan denagn mendirikan  Higher College di Yaba, sebuah perguruan yang tingkatannya tertinggi di  Nigeria pada waktu itu. Dalam bidang pendididkan Barat, daerah Selatan  lebih maju daripada daerah Utara. Diprovinsi Utara selama beratus-ratus  tahun diselenggarakan sekolah-sekolah ayng berdasarkan agama Islam. Pada  tahun 1930 pendidikan untuk anak-anak perempuan disebelah Utara baru  dimulai.
 Pemerintah kolonial mulai memperluas bidang pendidikan. Karena banyak  pemuda-pemuda yang dikirim kenegara-negara Barat untuk menuntut  pelajaran yang lebih mendalam, maka pada generasi baru muncul golongan  terpelajar yang mulai mengenal gagasan-gagasan politik, bentuk-bentuk  revolusi baik sosial maupun politik. Dalam bidang ekonomi, Kemajuan  ekonomi di Sierra Leone merupakan jembatan untuk mendekatkan daerah  protektorat dan koloni. Hal ini disebabkan karena pada tahun 1930  sumber-sumber penghasilan terbesar berupa tambang-tambang maupun  pertanian terdapat didaerah pedalaman. 
D. REAKSI MASYARAKAT AFRIKA BARAT
 Nigeria adalah salah satu wilayah yang ada di Afrika Barat  yang terdiri dari orang-orang Hausa, Ibo dan Yoruba. Masyarakat ini  beragama Islam dan masih bersifat konservatif terutama pada  negara-negara barat. Dengan sistem pemerintahan yang Aristokrasi dan  sudah tertata dengan baik. Terdapat juga suku-suku yang lainya dengan  kehidupan yang tidak terlalu baik. Setelah pemerintah Inggris menguasai  daerah ini dan mengantinya dengan pemerintahan Royal Niger Compeny (1  Januari 1900) dengan penguasanya Sir Lugard. Banyak polemik yang terjadi  akibat hal ini salah satunya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh  Mahdi terjadi pada tahun 1906 pemberontakan ini terjadi di Satiru 15 mil  dari Sakoto, pemberontakan ini terjadi akibat dari penolakan atas  sistem pemerintahan baru yang dilakukan oleh Inggris dengan menjadikan  Emir baru sebagai kepala suku.
 Setelah berada di bawah kekuasaan Inggris bidang pendidikan mulai di  perhatikan daerah selatan lebih maju bidang pendidikanya dari pada  daerah utara. Banyak di antara pemuda-pemuda dikirim ke negara-negara  barat untuk belajar lebih mendalam lagi, maka munculah generasi baru  yaitu generasi kaum terpelajar yang mulai mengenal gagasan-gagasan  politik, dan bentuk-bentuk revolusi baik sosial maupun politik. Dari  pengetahuan inilah maka para kaum terpeljar mulai melakukan berbagai  reaksi terhadap pemerintahan kolonial dan sistem sosila yang mesih  dipertahankan oleh para kepala-kepala pemerintahan tradisional di  daerah-daerah. Tidak hanya kaum terpelajar yang mengiginkan terjadinya  perubahan tetapi dari kaum tentara Afrika. Sedangkan didaerah Nigeria  selatan dan daerah koloni Gold Coast penduduknya mengiginkan perubahan  yang radikal terhadap kekuasaan kolonial dan kaum tradisional, gerakan  nasional di Nigeria Selatan dipimpin oleh Dr. 
 Azikiwe, pergolakan-pergolakan pun tidak dapat dihindari baik yang  dilakukan oleh kelompok buruh, pers dalam kelompok lainya yang mementang  koloni. Pertentangan juga muncul dari kelas menegah profesional dan  dari pihak radikal sejak tahun 1930. kedua pihak ini bekerja sama dalam  hal menentang pemerintahan kolonial yang pada awalnya kedua kelompok ini  saling bertentangan. Kelompok profesional mengiginkan adanya pergantian  di dalam pemerintahan dari orang-orang kulit putih, sedangkan kaum  radikal mengiginkan adanya perombakan sosial. Kerjasama juga terjadi di  antara orang-orang Creol di koloni dengan penduduk pribumi untuk  kemerdekaan negara mereka. 
Sumber: http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/ 







 
0 komentar:
Posting Komentar