Pembagian geografis Afrika Barat erat kaitannya dengan factor iklim,  terutama curah hujan. Daerah yang paling utara kurang sekali menerima  curah hujan, sehingga iklimnya kering dan tanahya gersang. Kehidupan di  daerah ini amat sulit. Penduduknya hidup pastoralis nomad. Kemudian kea  rah Selatan secara Gradual terdapat curah hujan yang semakin meningkat,  sehingga terbentuklah dua jalaur hijau yang terbentang dari barat ke  timur berupa Savana di sebelah Utara, dan hutan tropis di sebelah  Selatan sampai mencapai garis pantai. Penduduknya yang tinggal di daerah  savanna hidup secara patoral selain agraris, sedangkan yang menetap di  hutan tropis sebagian besar sebagai petani.
Walaupun secara rasial semua penduduk Afrika Barat merupakan satu  blok utuh Negroid, mereka masing – masing hidup terpencar, membentuk  kelompok –kelompok kecil berupa suku. Antara suku satu dengan yang lain  terdapat perbedaan caar hidup, bahasa, tradisi,agama, dan sebagainya.  Suku –suku yang terkenal diantaranya adalah grup Atlantik Barat yang  anatara lain terdiri dari suku Wolof, Surer, dan Tukolor. Mereka  menempati daerah savanna sekitar lembah Senegal dan Gambia. Di sebelah  Timurnya masih pada jalur yang sama, terdapat grup Mande, yang antara  lain terdiri dari suku Malinke, Soninke, Kasonke, Karanko, Barbara dan  Susu. Lebih ke Timur lagi terdapat grup Volta, yang terdiri dari Mosi,  Bobo, Gurma, Dagombo dan Konkamba. Di daerah Nigeria yang paling  terkenal adalah orang Hausa, yang menempati daerah savanna Afrika Barat  paling Timur. Kemudian daerah selatnnya di daerah hutan tropis terdapat  orang Igbo, Yoruba, Ibibio, Ijaw, Ife dan Egba. Di sebelah Barat mereka,  sepanjang jalur yang sama sampai pantai Atlantik, terdapat dua grup Twi  dan Kru, yang terdiri dari suku Fon/Dahomey, Ewe/Togo, Ashanti, Bakwe,  Ngere, Grebo dan Dido
Perbudakan Dalam Masyarakat Muslim
Perbudakan dikenal secara meluas dalam masyarakat Muslim daerah  Sudan, sejak dari Senegambia di pantai Barat sampai ke Nigeria di  pedalaman sebelah Timur. Budak yang baru saja  diperoleh, baik dengan  cara halus maupun kekerasan, masuk dalam kategori Trade Slove, yaitu  orang – orang yang benar-benar asing, berasal dari suku lain untuk  dijadikan budak. Konsekwensinya mereka kurang mendapat perlindungan,  haknya amat dibatasi, dan diperlakukan secara sewenang – wenang.  Nasib  mereka ketika masih berada pada penangkap dan tukang tanah sangat kasar,  tetapi apabila sudah berada di tangan seseorang yang berniat  memilikinya, ada kemungkinan terintegrasi kedalam masyarakat setempat.
Budak yang memiliki anak dan ketika mencapai usia tertentu juga kan  menjadi budak, dinamakan budak generasi kedua. Tetapi statusnya jauh  berbeda jika dibandingkan dengan orang tuanya, mereka dianggap sebagai  bagian dari anggota keluarga. Budak dari kelompok ini dilarang diperjual  belikan.
Fungsi budak banyak sekali, mengingat sebagian besar anggota  masayarakat hidupnya sebagai petani pastoral, maka para budak biasanya  dipekerjakan di lading – lading atau menggembala. Dalam masyarakat Fulbe  terdapat semacam pembagian tugas dimana para budak diserahi mengolah  tanah, sedangkan mereka sebagai transhumant pastoralis biss  mengkhususkan diri pada beternak, yang seringkali berbulan –bulan harus  meninggalkan kampung halamannya. Ketika berkembang long distance trade,  fungsi ekonomis budak lebih dititik beratkan pada komoditi ekspor, baik  ke Afrika Utara, yang selanjutnya dipasarkan di Timur Tengah, maupun  kesebrang lautan, Eropa dan Amerika. Selama sekitar empat abad para  budak dari daerah Sudan turut meramaikan Atlantic Slave Trade.
Fungsi budak lainnya erat kaitannya dengan factor social dan politik.  Budak dalam kelompok tertentu amat diperlukan untuk memperbesar anggota  keluarga suatu clan, terutama dalam masyarakat yang masih  memeprtahankan system kekerabatan materineal. Tapi didaerah Sudan  kelompok seperti ini hanya sedikit sekali, akibat adanya pengaruh Islam  yang cenderung menempuh system patrilineal. Manumisi atau pembesan budak  biasa dilaksanakan sesuai dengan hokum Islam, yang sering dipertautan  dengan tradisi setempat.
Salah satu fungsi budak sangat mirip dengan yang dipraktekkan di Amerika, yakni sebagai gang slaves,  yaitu segerombolan budak yang sangat besar dipaksa bekerja keras dalam  waktu yang lama di perkebunan – perkebunan milik raja dan para bangsawan  untuk menghasilkan sesuatu yang pantas dijadikan barang ekspor. Fungsi  yang lain mirip dengan perbudakan dalam masyarakat Dahomey adalah dalam  bidang religi. Budak bias dijadikan sebagai kurban dalam upacara  keagamaan atau menemani tuannya kealam baka, tetapi tidak semua budak  bias diperlakukan secara demikian, hanya kelompok tertentu saja yang  disebut Akvere.
Institusi perbudakan juga dipraktekan dalam kelompok – kelompok  kecil, seperti dalam masyarakat Igba di Nigeria Tenggara. Budak  diperoleh dengan peperangan, yang kadang –kadang menggunakan tentara  sewaan. Khusus mengenai fungsi budak dalm religi ada sedikit perbedaan  dengan suku – suku lain. Budak disamping dijadikan sebagai kurban dalam  upacara keagamaan dan kematian, yang berarti dibunuh, ada pula yang  dimasukkan dalm kelompok khusus yang disebut Osu, yang ditemui  dalam masyarakat Igba Barat dan Tengah. Osu adalah budak yang  dipersembahkan secara hidup oleh tuannya kepada dewa tertentu, dengan  menyelenggarakan berbagai upacara  keagamaan. Mereka hidup terpisah  secara fisik dari anggota masyarakat lainnya, tinggal dekat temple,  memperoleh sebidang tanah untuk dikerjakan, mengadakan hubungan  perkawinan hanya diantara sesame anggota Osu, yang statusnya abadi turu   temurun, dan masyarakat mengakui mereka sebagai budak milik para dewa.
Perbudakan diantara yang tinggal disekitar hilir sungai Niger yang  dinilai paling keras mungkin seperti yang terdapat dalam masyarakat  Nike. Nasib semua budak secara penuh ada pada para tuannya, baik hidup  atau mati. Mereka sering dipekerjakan tanpa batas, diperlakukan dengan  kejam tanpa memperoleh hak apapun. Kebalikan dari pemilikan yang  absolute ini, seorang harus bertanggung jawab atas segala perbuatan  apapun yang dilakukan oleh budaknya. Perkawinan antara budak dengan  golongan merdeka dilarang, yang artinya proses asilmilasi tidak pernah  terjadi. Sealain itu, manumisi tidak dikenal. Fungsi budak pada dasarnya  sama dengan kelompok lain multy purpose, termasuk fungsi religi, yakni  unrtuk kurban dalam acara keagamaan, atau teman seperjalanan kealam  kematian.
 
0 komentar:
Posting Komentar