Cantik versi Kitab Jawa/Bali Kuno

Prajnaparamitha, yang dianggap arca figur Ken Dede

Susahnya menjadi wanita terletak pada keharusan untuk tampak cantik. Walau tak ada peraturan tertulis, wanita yang tidak tampil cantik seolah telah melakukan dosa terbesar abad ini. Ada konstruksi umum tentang cantik: Tinggi, langsing, dan berkulit putih.
Namun yang paling menyiksa adalah keharusan bertubuh langsing. Banyak cara aneh, bahkan tidak masuk akal, ditempuh banyak wanita demi memperoleh yang satu ini. Mulai dari olah raga yang normal hingga bulimia. Padahal di masa lalu, dunia sangat memuja wanita gemuk. Lihat saja Monalisa yang dilukis Leonardo da Vinci.
Tak hanya Monalisa, lukisan-lukisan wanita lainnya dari Eropa di masa lalu dipenuhi oleh tokoh dengan tubuh berisi. Bukan cuma Eropa tentu saja. Cina dan India juga pernah memuja wanita bertubuh gemuk. Negara-negara Arab, termasuk Mesir, bahkan masih melakukannya hingga sekarang. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Standar kecantikan macam apakah yang dimiliki nenek moyang kita di masa lalu?
Untuk mengetahuinya, kita harus mengorek kitab-kitab sejenis Kamasutra. Eits, jangan hanya berpikir ngeres ketika membicarakan kitab ini. Selain informasi yang bersifat seksual, kitab-kitab ini juga memuat keterangan tentang wanita yang baik untuk dijadikan istri, termasuk ciri fisik. Ada beberapa kitab-kitab karya pujangga kuno Indonesia yang memuat keterangan mengenai wanita. Diantaranya adalah Aji Asmaragama, Katurangganing Wanita, Niti Mani, dan Serat Centini.
Kitab Katurangganing Wanita memaparkan tipe wanita baik yang disebut Estri Kencana dan Retna Kencana. Wanita tipe Estri Kencana memiliki tubuh besar, kulit hitam, rambut lemas, dan sifat lemah lembut. Sementara tipe Retna Kencana memiliki kulit kuning, rambut sedikit kaku berwarna kemerahan dengan bagian ujung yang lebat dan halus, serta kaki kecil. Wanita tipe ini memiliki sifat jujur dan setia. Tipe wanita yang sebaliknya adalah Tipe Raksesa dan Durgasari. Wanita Tipe Raksesa memiliki kulit kemerahan, rambut lemas, dan dada besar. Wanita tipe ini dapat membuat suaminya lekas mati. Wanita Tipe Durgasari memiliki leher panjang dan roman muka yang kasar.
Tak hanya kitab tentang wanita. Kitab Pararaton yang notabene berisi kisah Ken Arok, juga menyebutkan tipe wanita paling baik (adimukyaning istri) yang disebut stri nariswari. Wanita ini memiliki tanda-tanda murub rahasyanipun (menyala rahasianya). Contoh wanita tipe ini adalah Ken Dedes. Bukan rahasia lagi bahwa Ken Dedes adalah wanita pujaan. Tak hanya cantik, siapapun yang menikahinya akan menjadi raja dunia.
Selain Ken Dedes, contoh wanita cantik di zaman dahulu adalah Sri Tanjung. Sri Tanjung merupakan tokoh cerita yang dituduh berkhianat dan dibunuh oleh suaminya, Sidapaksa. Ra Nini yang menyelamatkan Sri Tanjung dari maut menggambarkannya sebagai wanita cantik dengan pantat yang bentuknya seperti limas yang baik. Betisnya bagaikan bunga pudak yang indah. Dan telapak kakinya seperti gamparan (alas kaki) gading.
Di Bali kuno, tipe wanita cantik disebut adeg nyempaka. Wanita jenis ini digambarkan menyerupai bunga cempaka. Apalagi jika wanita tersebut memiliki sujen pipi (lesung pipi). Wanita tipe ini digambarkan akan memberi kesenangan pada suaminya.
Dari situ, jelas terlihat standar kecantikan zaman dahulu di Indonesia, khususnya di Jawa, berbeda dengan standar kecantikan masa sekarang. Tubuh kurus bukanlah suatu keharusan. Demikian juga kulit putih dan tubuh tinggi semampai. Melihat perubahan standar tersebut, bukan tidak mungkin suatu saat nanti wanita yang dianggap cantik adalah wanita berkulit gelap dengan tubuh gemuk dan pendek. Kita tunggu saja.

Sumber:  http://tinulad.wordpress.com/

0 komentar:

Posting Komentar