 Istilah  melayu rupanya cukup banyak ragamnya. Seorang cendekiawan Melayu  bernama Burhanuddin Elhulaimy yang juga pernah menjadi Ketua Umum Partai  Islam Tanah Melayu dalam bukunya Asas Falsafah Kebangsaan Melayu, yang  terbit pertama kali tahun 1950, mencatat beberapa istilah kata tersebut.  Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata mala (yang  berarti mula) dan yu (yang berarti negeri) seperti dinisbahkan kepada  kata Ganggayu yang berarti negeri Ciangga. Pendapat ini bias dihubungkan  dengan cerita rakyat Melayu yang paling luas dikenal, yaitu cerita si  Kelambai atau Sang Kelambai.
Istilah  melayu rupanya cukup banyak ragamnya. Seorang cendekiawan Melayu  bernama Burhanuddin Elhulaimy yang juga pernah menjadi Ketua Umum Partai  Islam Tanah Melayu dalam bukunya Asas Falsafah Kebangsaan Melayu, yang  terbit pertama kali tahun 1950, mencatat beberapa istilah kata tersebut.  Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata mala (yang  berarti mula) dan yu (yang berarti negeri) seperti dinisbahkan kepada  kata Ganggayu yang berarti negeri Ciangga. Pendapat ini bias dihubungkan  dengan cerita rakyat Melayu yang paling luas dikenal, yaitu cerita si  Kelambai atau Sang Kelambai. Dalam  cerita itu disebutkan berbagai negeri, patting, gua dan ukiran dan  sebagainya, yang dihuni atau disentuh oleh si Kelambai, semuanya akan  mendapatkan keajaiban. Ini member petunjuk bahwa negeri yang mula-mula  dihuni orang Melayu pada zaman purba itu telah mempunyai peradaban yang  cukup tinggi. Kemudian kata melayu dalam bahawa Tamil berarti tanah  tinggi atau bukit. Di samping itu kata Malay juga berarti Hujan. Ini  bersesuaian dengan negeri-negeri orang Melayu pada awalnya terletak pada  perbukitan, seperti tersebut dalam Sejarah Melayu, Bukit Siguntang  Mahameru. Negeri ini terkenal sebagai negeri yang banyak mendapat hujan,  karena terletak antara dua benua, yaitu Asia dan Australia. Selanjutnya  dalam bahasa Jawa, kata melayu berarti lari atau berjalan cepat. Lalu  kita kenal pula ada sungai Melayu, diantaranya dekat Johor dan  Bangkahulu. Semua istilah dan perkataan itu dapat dirangkum, sehingga  melayu dapat diartikan sebagai suatu negeri yang mula-mula didiami, dan  mendapat banyak hujan.
Negeri itu dibangun di atas perbukitan, dilalui oleh sungai, yang diberi pula nama sungai Melayu. Mereka membuat negeri di atas bukit., karena ada pencairan es kutub Utara yang menyebabkan sejumlah daratan atau pulau yang rendah jadi terendam oleh air. Banjir dari es kutub Utara itu lebih di kenal dengan banjir atau topan Nabi Nuh. Untuk menghindari banjir itu mereka berlarian mencari tempat yang tinggi (bukit) lalu disitulah mereka membuat negeri.
Negeri itu dibangun di atas perbukitan, dilalui oleh sungai, yang diberi pula nama sungai Melayu. Mereka membuat negeri di atas bukit., karena ada pencairan es kutub Utara yang menyebabkan sejumlah daratan atau pulau yang rendah jadi terendam oleh air. Banjir dari es kutub Utara itu lebih di kenal dengan banjir atau topan Nabi Nuh. Untuk menghindari banjir itu mereka berlarian mencari tempat yang tinggi (bukit) lalu disitulah mereka membuat negeri.
Istilah  melayu itu baru dikenal sekitar tahun 644 Masehi, melalui tulisan Cina  yang menyebutnya dengan kata Mo-lo-yeu. Dalam tulisan itu disebutkan   bahwa Mo-lo-yeu mengirimkan utusan ke Cina, membawa barang hasil bumi  untuk dipersembahkan kepada kaisar Cina. Jadi, kata melayu menjadi nama  sebuah kerajaan dewasa itu. Banyak pertelingkahan, dimana kerajaan yang  bernama Melayu itu. Tapi banyak yang berpendapat, kerajaan itu berada di  Jambi sekarang ini.
Sumber: Sejarah Kebudayaan Melayu. Maliha Aziz dan Asril. Cendekia Insani. Pekanbaru. 2007. Hal 7 
 
0 komentar:
Posting Komentar