Ditemukan, Fosil Dinosaurus Langka

 
“Reptil raksasa terakhir yang ditemukan di sini 
adalah ichtyosaurus."

VIVAnews - Sejumlah pekerja Suncor, perusahaan pertambangan yang tengah beroperasi di kawasan Fort  McMurray, Alberta, Kanada, menemukan fosil dinosaurus langka yang diperkirakan berusia sekitar 110 juta tahun.

Ketika itu, Shawn Funk, operator mesin penggali mendapati gundukan tanah degan tekstur yang aneh dan material membentuk pola seperti berlian. Setelah mematikan mesin, bersama Michael Gratton, supervisornya, ia mengirimkan foto-foto temuan itu ke Royal Tyrrell Museum.

Temuan itu sangat menarik hingga museum mengirimkan ilmuwan dan teknisi ke lokasi. Dan dari penelitian, Donald Henderson, kurator Royal Tyrrell Museum, yakin bahwa kerangka dinosaurus yang utuh tersebut merupakan dinosaurus tertua yang pernah ditemukan di Alberta.

Dinosaurus itu jenis ankylosaurus, spesies dinosaurus darat yang langka dengan tulang berbentuk pelat yang melindungi tubuh.

Seperti diketahui, ankylosaurus merupakan hewan pemakan tanaman berkaki empat, bertulang kuat dan memiliki ekor seperti seperti tongkat yang kemungkinan berguna untuk pertahanan diri.

“Kami belum pernah menemukan dinosaurus di lokasi ini,” kata Henderson, seperti dikutip dari CBC news, 28 Maret 2011. “Berhubung kawasan ini sebelumnya merupakan laut, sebagian besar fosil yang ditemukan merupakan invertebrata seperti kerang dan siput,” ucapnya.

Henderson menyebutkan, reptil laut sudah sering ditemukan sebelumnya di kawasan ini, namun dinosaurus darat bukanlah hal yang lazim.

“Reptil raksasa terakhir yang ditemukan di sini adalah ichtyosaurus, yang ditemukan sekitar 10 tahun lalu,” kata Henderson. “Menemukan ankylosaurus sama sekali tak diharapkan. Bahkan penemuan hewan ini di kawasan lain juga sangat jarang,” ucapnya.

Kabar gembiranya, kata Henderson, fosil yang ditemukan dapat dilihat dalam 3 dimensi. “Kabar buruknya, bebatuan yang menyimpan fosil itu sangat keras,” ucapnya. “Batu itu lebih keras dibanding tulang fosil, dan untuk membongkarnya sangat membutuhkan kehati-hatian,” ucap Henderson.

Uniknya, operator yang menemukan gundukan fosil itu juga baru saja mengunjungi Royal Tyrell Museum pekan sebelumnya.

Sumber: VIVAnews

Revolusi Timur Tengah

Revolusi—kalau boleh disebut demikian, karena ada yang lebih suka menggunakan kata ”reformasi” untuk menyebut apa yang terjadi di Timur Tengah saat ini—Arab secara gamblang memberikan gambaran kepada kita bahwa rezim otoritarian, otokratik tidak memiliki tempat lagi.

Gelombang revolusi yang menjungkalkan para penguasa itu juga menjelaskan—dalam bahasa Samer Frangie, seorang profesor politik di American University of Beirut, dalam tulisannya yang diterbitkan oleh openDemocracy—tentang keterbatasan ”revolusi dari atas” dan menegaskan perlunya reformasi lebih dalam, lebih mendasar terhadap ideologi, kultur, dan masyarakat Arab.

Revolusi dari atas cenderung melahirkan pemimpin yang dalam perkembangannya korup, otoriter, otokratik. Karena itu, dibutuhkan reformasi total.

Zine al-Abidine Ben Ali, yang berkuasa lewat kudeta konstitusional tahun 1987, telah mengembangkan pemerintahan yang korup, tangan besi, otokratik, dan membiarkan orang- orang serta keluarganya menjarah kekayaan negara. Ia akhirnya disingkirkan revolusi kekuatan rakyat dukungan militer.

Apa yang terjadi di Mesir bukanlah ungkapan ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan luar negeri Hosni Mubarak. Misalnya kebijakannya terhadap Israel dan jika ditarik lebih jauh bukan pula ketidakpuasan terhadap perjanjian perdamaian 1979.

Akan tetapi, yang diinginkan kaum muda yang merupakan motor revolusi di Mesir adalah masalah mendasar, yakni hak- hak politik, kebebasan, pemilu, penegakan hak-hak asasi manusia, dan keluar dari represi.
Pemimpin yang bersikukuh dengan sikapnya, tidak mau mendengarkan suara rakyat, yang mementingkan diri, dan menggenggam erat kekuasaan pada akhirnya harus menerima kenyataan: tersingkir.

Hal yang sama kini juga tengah dialami pemimpin Yaman, Presiden Ali Abdullah Saleh, yang sudah berkuasa sejak 33 tahun silam. Ia juga mengembangkan pemerintahan otokratik, korup, dan menganut paham nepotisme.

Menurut indeks korupsi Transparency International, Yaman menempati posisi ke-146 dari 178 terkorup di dunia. Ia memberikan posisi kunci, baik pemerintahan maupun militer, kepada anggota keluarganya. Karena itu, tuntutan kaum muda Yaman juga perubahan politik. Saleh mundur.

Cerita yang hampir serupa juga terjadi di Libya dengan Moammar Khadafy-nya. Yang membedakan adalah cara Khadafy menghadapi tuntutan rakyatnya, yakni dengan tindak kekerasan, bahkan menggunakan tentara bayaran. Begitu banyak rakyatnya yang mati. Ini yang kemudian mengundang Dewan Keamanan PBB bertindak menjatuhkan sanksi.

Khadafy bukan Ben Ali, juga bukan Mubarak, yang memilih turun takhta. Khadafy dengan Libya-nya memang beda dengan Mesir dan Tunisia serta Yaman. Libya dengan sumber minyak dan gas, anti-Barat, negara secara ideologi fundamentalis, serta ekonominya independen berani dengan leluasa menjawab tuntutan rakyatnya akan kebebasan dengan keras dan tegas.

Namun, sampai kapan semua itu akan bertahan? Mengutip puisi Tunisia, ”Apabila suatu hari rakyat menginginkan kehidupan, takdir tentu akan menjawabnya, malam akan berganti terang, dan rantai-rantai akan putus”.

10 Laptop terbaik di tahun 2011 yang direkomendasikan untuk dibeli

Di Tahun 2011 ini, banyak produk-produk laptop yang beredar di pasaran. Hampir semuanya menawarkan fasilitas yang canggih dan bersaing. Maka tak heran jika justru membuat orang-orang menjadi bingung untuk memilih Laptop yang bagus untuk mereka. Tapi jangan kuatir pembaca sekalian. Dalam postingan kali ini, saya akan memberikan daftar 10 Laptop terbaik di tahun 2011 yang layak direkomendasikan untuk dibeli.

Daftar ini dibuat berdasarkan pertimbangan kualitas, fasilitas, Layar, Prosessor, hingga faktor-faktor pendukung laiya yang mempengaruhi kinerja Laptop tersebut.

Berikut ini adalah daftar 10 Laptop terbaik di tahun 2011 yang layak direkomendasikan untuk dibeli (Berikut Spesifikasinya):

10. Apple MacBook Air

• Brand : Apple
• Model : MacBook Air (1.86 GHz)
• Processor : Intel core2 Duo
• Operating System : Mac OS X + Life
• Display Screen Size & Type : 13.3″ Inch & LED-backlit
• Display Resolution : 1280 * 800
• Processor Cache Memory : 6144 KB
• RAM: 2048 MB
• Hard Disk Drive: 128 (Solid State)
• Video Display Card: Dedicated
• Video Card Memory: 256 MB
• Wi-fi : 802.11n
• USB Port: 1
• Mouse Type: Touchpad
• Weight: 1.36 Kg
• Battery Life: 4.5 Hours
• Color Option: Aluminum
• Warranty Period: One Year

9. Lenovo G550

• Intel Pentium Dual-Core T4200 (2.00GHz, 1MB L2 cache, 800MHz FSB)
• Microsoft Genuine Windows Vista Home Premium (w/ SP1)
• 15.6-inch glossy 16:9 display (1366×768)
• Intel Graphics Media Accelerator 4500MHD
• 3GB DDR3 1066MHz RAM
• 250GB Western Digital 5400RPM HDD
• SuperMulti DVD+/-RW Optical Drive
• Broadcom WiFi (802.11b/g), 10/100 Ethernet, Modem
• 6-Cell 11.1V 48WHr Battery
• Limited 1-year standard parts and labor warranty
• Dimensions: LxWxH, 14.9 x 9.6 x 1.4″
• Weight: 5lbs 9.0oz

8. Toshiba Satellite L645D

• 14.0 inches of diagonal wide screen TruBrite TFT screen
• 1366 x 768 pixel of screen resolution
• 1MB L2 cache
• 3GB DDR3 system memory
• 320GB (5400 RPM) hard disk drive
• Microsoft Windows 7 Home Premium operating system (64-bit version)
• 2.2 GHz AMD Athlon II Dual-Core P340 processor
• ATI Radeon HD 4250 graphics card
• 8x SuperMulti DVD drive
• Toshiba Media Controller
• Wi-Fi networking connectivity
• Fast Ethernet (10/100)
• Microsoft Office Starter 2010
• Multi in 1 digital media reader
• Built-in stereo speakers with Dolby Advanced Audio
• 3 total USB 2.0 ports with 1 eSATA/USB combo port
• 6 cell/48Wh Lithium Ion battery
• VGA video output
• Microphone and headphone jacks
• 13.3 x 9.13 x 1.5 inches of dimension
• 4.98 pounds of weight

7. HP Pavilion DV6

• Chipset: AMD M770
• L2 Cache : 1MB
• FSB : Up to 3600MHz
• 4GB PC2-6400 DDR2 RAM (800MHz)
• 320GB SATA Hard Disk Drive with HDD Protection ( RPM 5400)
• Super Multi Drive DVD +/- RW / +/-R Writer (Light Scribe)
• 15.6″ Widescreen (WXGA) with Bright view Technology
• Windows Vista Home Premium Operating System (32Bit)
• Fingerprint Reader
• VGA Webcam
• Microphones
• Integrated 802.11a/b/g/draft-n Wireless LAN
• Bluetooth
• ATI Mobility Radeon HD 4650 -1GB Dedicated Graphics
• One HDMI v1.3 Port
• One eSATA/USB Combo Port
• 3 USB 2.0 Ports
• Weight : 2.93Kgs
• 6 Cell Lithium Battery
• Carry Case
• HP Mobile Express Card Remote Control
• HP Games

6. ASUS UL30A

• 13.3-inch LED-backlit display
• A full-sized island-style keyboard
• Integrated web camera
• Pre-installed Microsoft Windows 7 Home Premium OS
• 4GB RAM
• 500GB hard drive
• 1.3GHz Intel SU7300 core 2 duo processor
• 3 USB slots
• Multi-format memory card reader
• Altec Lansing speakers, & SRS surround
• HDMI port

5. Dell Inspiron i14R

• 2.13GHz Intel Pentium Core i3-330M processor with 3MB cache
• 4GB DDR3 SDRAM at 1066MHz
• 500GB, 5400 RPM hard drive; 8x Dual-Layer DVD+/-RW Drive
• Integrated Intel HD Graphics and 14-inch High-Definition WLED
• Genuine Windows 7 Home Premium (64-Bit) operating system
Processor, Memory, and Motherboard
• Processor: 2.26 hertz Intel Core i3
• RAM: 4 GB
• Memory Slots: 2
• Hard Drive: 500 GB
• Speed: 5400 rpm

4. Alienware M11X

• Intel Core TM 2 Duo SU7300 (1.3GHz/800Mhz FSB/3MB cache)
• Genuine Windows® 7 Ultimate 64-Bit
• 2, 4, 8GB Dual Channel DDR3 at 800MHz
• Mobile Intel® GS45 Chipset
• 1024MB NVIDIA® GeForce® GT335M
• 11.6 inch display (1366X768)
• Internal High-Definition 5.1 Surround Sound Audio
• Up to 640GB5 SATA II hard drive (7200RPM)
• (Optional) External USB Slot-Loading DVD Burner (DVD±RW)
• 8 Cell Prismatic (64 whr) – Primary
• IEEE 1394a (4-pin) port
• Integrated Ethernet RJ-45 (100 Mbps)
• Audio In / Microphone Jack (remarkable for 5.1 audio)
• Two Built-In Front Speakers
• Height: 32.7mm (1.29 inches)
• Width: 285.7mm (11.25 inches)
• Depth: 233.3mm (9.19 inches)

3. Toshiba Portege R700

• 13.3″ HD widescreen LED-backlit display
• Intel Core i3, i5, i7 processor options
• 4GB DDR 3 RAM
• Airflow Cooling Technology
• Premium raised keyboard
• TouchPad with customizable Multi-Touch Control
• Windows 7 professional
• ExpressCard, eSATA/USB combo port, webcam
• DVD SuperMulti drive
• Docking capabilities

2. HP Envy 14

• Intel(R) Core(TM) i7-720QM Quad Core processor (1.6GHz, 6MB L3 Cache) with Turbo Boost up to 2.8 GHz
• 1GB ATI Mobility Radeon(TM) HD 5650 DDR3 graphics [HDMI] – For Quad Core Processors
• 6GB DDR3 System Memory (2 Dimm)
• 640GB 7200RPM Hard Drive with HP ProtectSmart Hard Drive Protection
• 8 Cell Lithium Ion Battery (standard) – Up to 6.0 hours of battery life +++
• 14.5″ diagonal High Definition HP BrightView Infinity LED Display (1366×768)
• SuperMulti 8X DVD+/-R/RW with Double Layer Support
• HP TrueVision HD Webcam and Dual Digital Integrated Microphones
• Intel Wireless-N Card with Bluetooth
• Backlit Keyboard
• Adobe(R) Photoshop(R) Elements 8 & Adobe Premiere(R) Elements 8

1. Apple MACBook Pro

• OS: Mac OS 10.6: Snow Leopard
• Screen: 17-inch, 1920×1200
• Processor: Quad core Intel i7 2.2Ghz
• Graphics: Intel HD Graphics 3000, with 1GB AMD Radeon HD 6750M
• Memory: 4GB (2x2GB)
• Storage: 750GB
• Optical drive: Yes
• Battery claimed: Seven hours
• Connections: FireWire 800, 3xUSB 2.0, Thunderbolt, Audio in, Audio out, N Wi-Fi, Bluetooth 2.1, Express card
• Dimensions/Weight: 250x393x27mm/2.99kg

Buat anda yang ingin mencari Laptop berkualitas, mungkin 10 Laptop di atas bisa menjadi pilihan untuk anda....

Sumber: serba-sepuluh.blogspot.com

10 Penerbang Terhebat Perang Dunia II

10. Heinrich Ehrler

Mayor Heinrich Ehrler (14 September 1917 – 4 April 1945) merupakan Ace terhebat urutan ke 10 dengan rekor 208 kali menjatuhkan pesawat musuh. Ia meninggal pada tanggal 4 April 1945 dengan cara menabrakkan pesawatnya ke pesawat bomber B-17 Flying Fortress karena kehabisan amunisi setelah sebelumnya menembak jatuh 2 pesawat bomber serupa. 


9. Hermann Graf

Kolonel Hermann Graf (24 Oktober 1912 – 11 April 1988) diakui sebagai Ace terhebat ke 9 dengan rekor 212 kali menjatuhkan pesawat musuh. Ia meninggal pada tanggal 11 April 1988 di kediamannya di kota Engen, Jerman karena penyakit Parkinson yang dideritanya sejak tahun 1965. 


8. Heinrich Bär

Letnan Kolonel Oskar-Heinz (Heinrich) “Pritzl” Bär (25 Mei 1913 – 28 April 1957) adalah Ace terhebat urutan 8 dengan rekor 220 kali menjatuhkan pesawat musuh. Selama berperang, Heinrich 18 kali ditembak jatuh & selalu selamat sampai akhirnya ia meninggal pada tanggal 28 April 1957 akibat pesawat latih yang ia kemudikan jatuh di Braunschweig-Waggum, Jerman 


7. Erich Rudorffer

Mayor Erich Rudorffer (1 November 1917 – sekarang) adalah penerbang terhebat urutan 7 dengan rekor 222 kali menjatuhkan pesawat musuh. Setelah perang, Erich menjadi instruktur sekolah penerbang, membuka pom bensin, menjadi pilot untuk PAN AM dan terakhir ia bekerja untuk maskapai Jerman Lufthansa. 


6. Wilhelm Batz

Mayor Wilhelm “Willi” Batz (21 Mei 1916 – 11 September 1988) adalah Ace terhebat urutan 6 dengan rekor 237 kali menjatuhkan pesawat musuh. Selama berperang, ia tertembak jatuh sebanyak 4 kali & 3 kali terluka. 


5. Walter Nowotny

Mayor Walter “Nowi” Nowotny (7 Desember 1920 – 8 November 1944) adalah Ace terhebat urutan 5 dengan rekor 258 kali menjatuhkan pesawat musuh. Sampai sekarang kematiannya masih jadi perdebatan, apakah pesawat yang ia kemudikan jatuh akibat kerusakan mesin ataukah ditembak jatuh oleh pesawat Amerika. 


4. Otto Kittel

Kapten Otto “Bruno” Kittel (21 Februari 1917 – 14 Februari 1945) adalah Ace terhebat urutan 4 dengan rekor 267 kali menjatuhkan pesawat musuh. Pada tanggal 14 Februari 1945, ia berhasil menembak & merusak pesawat Soviet. Karena pesawat tersebut belum jatuh, ia mencoba mengejar pesawat itu. Namun justru pesawatnya ditembak oleh pesawat Soviet lain & kemudian terbakar & meledak sebelum ia sempat membuka parasut. 


3. Günther Rall

Letnan Jenderal Günther Rall (10 Maret 1918 – 4 Oktober 2009) adalah Ace terhebat urutan 3 dengan rekor 275 kali menjatuhkan pesawat musuh. Günther selama berperang telah 8 kali ditembak jatuh & 3 kali terluka. Ia meninggal di rumahnya pada tanggal 4 Oktober 2009 setelah 2 hari sebelumnya mengalami serangan jantung. 


2. Gerhard Barkhorn

Letnan Jenderal Gerhard “Gerd” Barkhorn (20 Maret 1919 – 8 Januari 1983) adalah runner-up Ace terhebat dengan rekor 301 kali menjatuhkan pesawat musuh. Pada tanggal 6 Januari 1983, Gerdhard & istrinya, Christl, mengalami kecelakan mobil. Christl meninggal seketika, Gerdhard meninggal 2 hari kemudian.


1. Erich Hartmann

Erich Alfred “Bubi” Hartmann (19 April 1922 – 20 September 1993) adalah Flying Ace terhebat sepanjang sejarah dengan rekor 352 kali menjatuhkan pesawat musuh. Dijuluki “Black Devil” oleh tentara Soviet karena kemampuannya menghabisi pesawat musuh sebanyak 352 kali, 345 diantaranya pesawat Soviet! Ia menjalani 1.404 misi & 825 pertempuran udara & tidak pernah sekalipun ditembak jatuh oleh lawan. Bravo!


Sumber: http://www.beritaunik.net/

10 Pasukan Terhebat Dalam Sejarah

10. Aztecs
Suku Aztec terkenal kejam dalam pertempuran. Mereka biasanya berpakaian seperti binatang elang atau jaguar. Mereka menggunakan senjata yang sangat primitif seperti clubs dan busur dengan sangat efektif. Cuachicqueh adalah prajurit yang bersumpah tidak akan mundur bila musuh datang. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Spanyol dengan senjata modern yang jauh lebih baik.

9. Mongol Warriors
Mongol dianggap barbar dan liar. Mereka mendominasi daerah Eropa dan Asia dan paling terkenal dengan pasukan berkuda yang dipimpin oleh salah satu komandan militer besar dunia, Genghis Khan. Mereka sangat disiplin dan mahir dalam menggunakan busur dan panah di atas punggung kuda. Mereka menggunakan busur komposit yang bisa menembus melalui baju besi dan juga cukup mahir dengan tombak dan pedang. Mereka ahli perang psikologis dan intimidasi, dan membangun salah satu imperium terbesar di dunia yang pernah ada.

8. Mamluk
Mamluk Seorang prajurit budak yang masuk Islam dan melayani para khalifah Islam dan para sultan Ayyubiyah selama Abad Pertengahan. Seiring waktu, mereka menjadi suatu kasta militer yang kuat dan sering mengalahkan pasukan Salib. Lebih dari sekali, mereka merebut kekuasaan untuk diri mereka sendiri, misalnya, Mesir berkuasa di Kesultanan Mamluk 1.250-1.517. Setelah mamluk telah masuk Islam, banyak yang terlatih sebagai prajurit kavaleri. Mamluk harus mengikuti perintah furusiyya, kode yang mencakup nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati, dan juga taktik kavaleri, menunggang kuda, memanah dan perawatan luka, dll.

7. Roman Legion
Tulang punggung tentara Romawi yang menuju ke sebuah kerajaan yang tak tertandingi dalam hal ukuran dan kekuatan. Mereka biasanya infanteri berat dengan baju besi dan perisai model setelah Yunani kuno. Mereka adalah prajurit kombinasi ahli pedang, tombak dan perisai. Mereka terdiri dari para prajurit mahal yang mampu membuat senjata terbaik dan baja. Mereka disiplin, baik bersenjata, dan strategi besar yang berlangsung di luar kerajaan mereka.

6. Apache
Apache seperti ninja dari Amerika. Mereka akan menyelinap dari belakang musuh dan menggorok tenggorokan musuh disadari. Mereka menggunakan senjata primitif yang kebanyakan terbuat dari kayu dan tulang. Mereka juga mahir dalam memakai senjata pisau dan melempar kapak.

5. Samurai
Samurai adalah ksatria dari Jepang dan tuan dari katana. Mereka adalah tentara bersenjata berat dan memakai baju besi dan bersedia mati untuk tuannya. Mereka memegang pedang paling tajam di dunia dan dengan mudah bisa memotong musuh dalam dua kali gerakan. Mereka juga master dari Yumi (busur) dan menjadi salah satu penembak terbaik dunia. Mereka adalah prajurit profesional dan terlatih dan berjuang keras untuk mendapatkan kehormatan. Karena kebiasaan kekerasan yang mereka perbuat, para petani bangkit melawan mereka dan lahirlah ninja.

4. Ninja
Ninja sangat ahli dalam teknik stealth dan sabotase. Mereka awalnya adalah kumpulan petani yang dilatih untuk mengalahkan para samurai perampok, tapi akhirnya menjadi pembunuh legendaris. Mereka dikenal dengan menggunakan pedang katana, sumpitan, Shuriken, dan kusarigama yang akan menjadi senjata pilihan. Mereka dikenal sebagai prajurit bayangan yang bersembunyi di malam hari. Mereka biasanya membunuh secara diam-diam. Mereka juga seniman bela diri besar yang menjalani pelatihan keras.

3. Vikings
Viking, penteror dari Eropa. Prajurit yang paling ditakuti dunia kuno. Mereka menteror Eropa dengan serangan mereka dan juga merampok. Mereka ganas dalam pertempuran dan menggunakan senjata yang sesuai tinggi badan mereka. Mereka besar dan sesuai menggunakan kapak mereka, pedang, dan tombak. Mereka ahli dalam menaklukkan kota. Bahkan agama mereka hanyalah perang dan mereka percaya bila mati dalam suatu perang, maka akan hidup di tengah perang yang tak akan usai. Mereka semua akan menjadi tentara yang sangat tangguh, terbukti dari kehebatan mereka dalam menghancurkan target mereka.

2. Spartans
Budaya Spartan ialah semua tentang perang dan pelatihan militer pria seumur hidup mereka. Mereka memiliki pepatah: “kembali dengan perisai atau lebih dari itu” yang berarti jangan kembali kecuali Anda menang. Mereka adalah beberapa prajurit paling tangguh di dunia yang pernah dilihat dan telah menjadi terkenal karena pertahanan terakhir mereka pada pertempuran Thermopylae. Mereka adalah master dalam perisai dan tombak yang kemudian ditiru oleh tentara lainnya.

1. Knights
Knights adalah pejuang besar yang mengenakan baju pelindung di seluruh tubuh. Mereka adalah prajurit termahal, prajurit paling terlatih, dan memiliki baju besi, senjata dan kuda untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Raja. Mereka adalah tentara yang sangat efektif yang telah berlatih selama hidup mereka.

Sumber: http://www.beritaunik.net/

10 Pertempuran Paling Berdarah Selama Perang Dunia I

Perang Dunia I akan dikenang sebagai salah satu perang paling berdarah dalam sejarah manusia.
Jutaan tentara mati di kedua pihak, dan hampir seluruh generasi pemuda musnah.
Tentara yang terjebak dalam parit ditembus, yang mengakibatkan ribuan mati dalam serangan sia-sia melawan musuh yang diperkuat dengan benteng-benteng. Perang juga memperkenalkan senjata baru dan mengerikan, seperti senapan mesin, yang membuat perang lebih mengerikan dan mematikan.
Ada banyak pertempuran yang mengerikan, tapi ini adalah 10 daftar pertempuran yang terburuk selama PD I.

Daftar Museum di Indonesia


  1. Museum ‘Bikon Blewut’ Maumere
  2. Museum “Buntu Kalando” Sanggala
  3. Museum Adityawarman
  4. Museum Asi Mbojo
  5. Museum Bahari Ende
  6. Museum Bali
  7. Museum Balla Lampoa
  8. Museum Batara Guru “Istana Datu Luwu”
  9. Museum Batik Yogyakarta
  10. Museum Bengkulu
  11. Museum Biologi Yogyakarta
  12. Museum Biota Laut Ada di Bali
  13. Museum Daerah “Sang Nila Utama”
  14. Museum Daerah Nusa Tenggara Timur
  15. Museum Deli Serdang
  16. Museum Dewantara Kirti Griya
  17. Museum GBKP
  18. Museum Gedung Arca Bali
  19. Museum Gedung Joang ’45 Sumatera Barat
  20. Museum Geoteknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta
  21. Museum Goedang Ransoem
  22. Museum Gula Jawa Tengah
  23. Museum House of Sampoerna
  24. Museum Huta Bolon Simanindo Sumatera Utara
  25. Museum Istana (Siak) Asserayah Hasyimiyah
  26. Museum Kapuas Raya
  27. Museum Karo Lingga
  28. Museum Karst dan Budaya
  29. Museum Kayu Sampit
  30. Museum Kayu Tuan Himba
  31. Museum Kebudayaan Wolio
  32. Museum Kereta Api Ambarawa
  33. Museum Kereta Api Sawahlunto
  34. Museum Konferensi Asia Afrika
  35. Museum Kota Makassar
  36. Museum La Galigo
  37. Museum La Pawawoi
  38. Museum Lambung Mangkurat
  39. Museum Le Mayeur
  40. Museum Loka Budaya
  41. Museum Maha Karmawibhangga
  42. Museum Mandar
  43. Museum Memorial Kedaton Sultan Ternate
  44. Museum Monumen Pergerakan Wanita Indonesia
  45. Museum Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera)
  46. Museum Negeri Jambi
  47. Museum Negeri Provinsi Kalimantan Timur “Mulawarman”
  48. Museum Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”
  49. Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat
  50. Museum Negeri Provinsi Papua
  51. Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
  52. Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara
  53. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
  54. Museum Negeri Sumatera Selatan “Balaputra Dewa”
  55. Museum Pahlawan Nasional Dr. A.K. Gani
  56. Museum Perjuangan Rakyat Jambi
  57. Museum Perjuangan Rakyat Kalimantan Selatan “Waja Sampai Kaputing Banjarmasin”
  58. Museum Perjuangan TNI Kodam I Bukit Barisan
  59. Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma
  60. Museum Prabu Geusan Ulun
  61. Museum Provinsi Kalimantan Barat
  62. Museum Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”
  63. Museum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
  64. Museum Purbakala Sangiran
  65. Museum Pusaka Nias
  66. Museum Ranggawarsita
  67. Museum Rumah Adat Baanjuang
  68. Museum Rumah Bolon Adat Pematang Purba
  69. Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi
  70. Museum Sadurengas
  71. Museum Santet
  72. Museum Semarajaya
  73. Museum Seni Agung Rai
  74. Museum Simalungun
  75. Museum Simettengpola Saoraja Mallangga
  76. Museum Siwa Lima
  77. Museum Soninye Malige
  78. Museum Sri Baduga
  79. Museum Subak Sanggulan
  80. Museum Sulawesi Tengah
  81. Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
  82. Museum Syarif Kasim Kabupaten Bengkalis
  83. Museum T.B. Silalahi
  84. Museum Tepas Pariwisata Keraton Yogyakarta
  85. Museum The Blanco Renaissance Museum
  86. Museum Tosan Aji
  87. Museum Ullen Sentalu
  88. Museum UPTD Pemkab Belitung
  89. Museum Wayang “Kekayon” Yogyakarta
  90. Museum Wayang Sendang Mas
  91. Museum Zoologi Bogor
  92. Museum Satria Mandala
  93. Museum Mpu Tantular
  94. Museum Bank Mandiri
  95. Museum Affandi
  96. Museum Kebangkitan Nasional
  97. “Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery
  98. Museum Polri
  99. Museum Bank Indonesia
  100. Museum Sandi

Daftar Prasasti Kuno Indonesia

Daftar Prasasti Kuno IndonesiaPrasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi.
Kata prasasti berasal dari bahasa Sansekerta, dengan arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan”. Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat.
Prasasti-prasasti ini ditulis dalam aksara serta bahasa-bahasa asli Nusantara dan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Sansekerta.
Di bawah ini daftar prasasti. Semua tahun yang disebut di bawah ini adalah tahun Masehi.
Daftar diurut berdasarkan abjad nama prasasti; lokasi ditemukan; tarikh prasasti; huruf dan bahasa inskripsi.
  1. Prasasti Astana Gede, Kawali, Ciamis, Jawa Barat ~ 1350, Bahasa Sunda.
  2. Prasasti Batutulis; Batu Tulis, Bogor; 1533; Bahasa Sunda.
  3. Prasasti Bebetin, Bali, 1049 (salinan dari asli yang berasal dari tahun 896), Bahasa Bali.
  4. Prasasti Blanjong, Bali, 913, Bahasa Bali.
  5. Prasasti Bukateja, Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, Bahasa Melayu.
  6. Prasasti Canggal; Candi Gunung Wukir, Desa Kadiluwih, Salam, Magelang, Jawa Tengah; 732; Bahasa Sansekerta.
  7. Prasasti Ciaruteun; Sungai Ciaruteun, Jawa Barat; 400; Bahasa Sansekerta.
  8. Prasasti Cikajang, Cikajang, Garut, Jawa Barat, Bahasa Sunda.
  9. Prasasti Dewa Drabya, Dieng, Jawa Tengah, Bahasa Melayu.
  10. Prasasti Galuh, Galuh, Ciamis, Jawa Barat ~ 1470, Bahasa Sunda.
  11. Prasasti Gandasuli I Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832, Bahasa Melayu.
  12. Prasasti Gandasuli II, Candi Gondosuli, Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah, 832, Bahasa Melayu.
  13. Prasasti Hulu Dayeuh, Huludayeuh, desa Cikalahang, Cirebon, Jawa Barat, Bahasa Sunda.
  14. Prasasti Karang Brahi, Karangberahi, Jambi, abad ke-7, Bahasa Melayu.
  15. Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah (dwibahasa), 824, Bahasa Jawa Kuno.
  16. Prasasti Kayumwungan, Karangtengah, Temanggung, Jawa Tengah, 824 (dwibahasa, Melayu Kuna dan Jawa Kuna)
  17. Prasasti Kebantenan, Bekasi, Jawa Barat ~ 1521, Bahasa Sunda.
  18. Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatra Selatan, 16 Juni 682, Bahasa Melayu.
  19. Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686, Bahasa Melayu.
  20. Prasasti Lagunan atau Keping Tembaga Laguna, Manila, Filipina, 900, Bahasa Melayu.
  21. Prasasti Mañjuçrighra, Candi Sewu, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, 2 November 792M, Bahasa Melayu.
  22. Prasasti Mantyasih, Desa Meteseh, Magelang Utara, Jawa Tengah, 11 April 907, Bahasa Jawa Kuno.
  23. Prasasti Minyetujoh; Minyetujoh, Aceh; 1380; Bahasa Melayu Kuno.
  24. Prasasti Mula Malurung; Kediri; 1255; Bahasa Jawa Kuno.
  25. Prasasti Mulawarman, Kutai, +/- 400, Bahasa Sansekerta.
  26. Prasasti Ngadoman, Ngadoman (Salatiga), Jawa Tengah, 1450, Bahasa Jawa Kuno.
  27. Prasasti Padrão Sunda Kelapa; Kali Besar, Jakarta; 1522; Bahasa Portugis.
  28. Prasasti Pakubuwana X, Surakarta, Jawa Tengah, 1938, Bahasa Jawa Kuno.
  29. Prasasti Palas Pasemah, Palas,Lampung, abad ke-7, Bahasa Melayu.
  30. Prasasti Plumpungan; Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo; 750; Bahasa Jawa Kuno.
  31. Prasasti Rukam, 907, Bahasa Jawa Kuno.
  32. Prasasti Rumatak, Geger Hanjuang, desa Rawagirang, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat ~ 1111, Bahasa Sunda.
  33. Prasasti Sapi Kerep, Desa Sapi Kerep, Sukapura, Probolinggo, 1275, Bahasa Jawa Prasasti Hujung Langit, Hujung Langit, Lampung, Bahasa Melayu.
  34. Prasasti Sarwadharma, pemerintahan Kertanegara, 1269, Bahasa Jawa Kuno.
  35. Prasasti Singhasari; Singosari, Malang, Jawa Timur; 1351; Bahasa Jawa Kuno.
  36. Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856, Bahasa Jawa Kuno.
  37. Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, Bahasa Melayu.
  38. Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804, Bahasa Jawa Kuno.
  39. Prasasti Taji, 901, Bahasa Jawa Kuno.
  40. Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatra Selatan, 23 Maret 684, Bahasa Melayu.
  41. Prasasti Telaga Batu, Palembang, Sumatra Selatan, abad ke-7, Bahasa Melayu.
  42. Prasasti Terengganu, Trengganu (Malaysia), (abad ke-14, yaitu 1303, 1326 atau 1386), Bahasa Melayu.
  43. Prasasti Tri Tepusan, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, 842, Bahasa Sansekerta.
  44. Prasasti Tukmas, Dakawu, Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Bahasa Sansekerta.
  45. Prasasti Ulubelu, Lampung, Bahasa Sunda.
  46. Prasasti Wanua Tengah III, 908, Bahasa Jawa Kuno.
  47. Prasasti Wurudu Kidul, tanpa tahun. Bahasa Jawa Kuno.

Daftar Kerajaan di Nusantara

Berikut daftar kerajaan yang pernah berada di Indonesia.

Kerajaan Hindu-Buddha:
  • Kerajaan Salakanagara
  • Kerajaan Tarumanagara
  • Kerajaan Kutai Martadipura; sering disebut Kerajaan Kutai Hindu atau ‘Kerajaan Kutai’ saja.
  • Kerajaan Sriwijaya
  • Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh
  • Kerajaan Kalingga
  • Kerajaan Keritang
  • Kerajaan Mataram (Mataram Kuno)
  • Kerajaan Medang
  • Kerajaan Kahuripan
  • Kerajaan Kediri
  • Kerajaan Kanjuruhan
  • Kerajaan Janggala
  • Kerajaan Singasari
  • Kerajaan Majapahit
  • Kerajaan Dharmasraya
  • Kerajaan Pajajaran
  • Kerajaan Blambangan
  • Kerajaan Sailendra
  • Kerajaan Sanjaya
  • Kerajaan Isyana
  • Kerajaan Negara Daha
  • Kerajaan Negara Dipa
  • Kerajaan Tanjung Puri
  • Kerajaan Nan Sarunai
  • Kerajaan Kuripan
  • Kerajaan Tulang Bawang
  • Kerajaan Haru/Aru/Karo
Kerajaan Islam
  • Kepaksian Sekala Brak
  • Kesultanan Aceh
  • Kesultanan Asahan
  • Kerajaan Kemuning
  • Kerajaan Batin Enam Suku
  • Kerajaan Indragiri
  • Kesultanan Banten
  • Kesultanan Bima
  • Kesultanan Bulungan
  • Kesultanan Buton
  • Kesultanan Cirebon
  • Kesultanan Lingga-Riau
  • Kesultanan Deli
  • Kesultanan Dompu
  • Kesultanan Demak
  • Kesultanan Gowa
  • Kesultanan Jambi
  • Kesultanan Kota Pinang
  • Kesultanan Kutai
  • Kesultanan Langkat
  • Kesultanan Pajang
  • Kesultanan Mataram; disebut juga sebagai Kerajaan Mataram Islam.
  • Kesultanan Kartasura
  • Kesultanan Pagaruyung
  • Kesultanan Palembang
  • Kesultanan Pontianak
  • Kesultanan Samawa
  • Kesultanan Sambas
  • Kesultanan Serdang
  • Kesultanan Siak Sri Inderapura
  • Kerajaan Tanjungpura
  • Kesultanan Ternate
  • Kesultanan Tidore
  • Kerajaan Sumedang Larang
  • Kasunanan Surakarta
  • Kasultanan Yogyakarta
  • Mangkunagaran
  • Kadipaten Paku Alaman
  • Kesultanan Malaka
  • Kerajaan Pasai
  • Kesultanan Banjarmasin
  • Kerajaan Linge
  • Kesultanan Perlak
  • Kesultanan Pasir
  • Kesultanan Kotawaringin
  • Kerajaan Pagatan
  • Kerajaan Tidung
  • Kerajaan Sambaliung
  • Kerajaan Gunung Tabur
  • Kesultanan Mempawah
  • Kesultanan Kubu

Wangsa Sailendra

Sailendravamsa atau wangsa sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di Kerajaan Medang, Jawa Tengah. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Buddha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal-usul wangsa ini masih diperdebatkan. Disamping berasal dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini.

Asal-usul
Di Indonesia nama Sailendravamsa dijumpai pertama kali di dalam prasasti Kalasan dari tahun 778 Masehi (Sailendragurubhis; Sailendrawansatilakasya; Sailendrarajagurubhis). Kemudian nama itu ditemukan di dalam prasasti Kelurak dari tahun 782 Masehi (Sailendrawansatilakena), dalam prasasti Abhayagiriwihara dari tahun 792 Masehi (dharmmatungadewasyasailendra), prasasti Sojomerto dari tahun 725 Masehi (selendranamah) dan prasasti Kayumwunan dari tahun 824 Masehi (sailendrawansatilaka). Di luar Indonesia nama ini ditemukan dalam prasasti Ligor dari tahun 775 Masehi dan prasasti Nalanda.

Mengenai asal usul keluarga Sailendra banyak dipersoalkan oleh beberapa sarjana. Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh sejarawan dan arkeologis dari berbagai negara. Ada yang mengatakan bahwa keluarga Sailendra berasal dari Sumatra, dari India, dan dari Funan.

Teori India
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Sailendra di Nusantara, baik di Sriwijaya (Sumatera) maupun di Mda? (Jawa) berasal dari Kalingga (India Selatan). Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Sailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hyang. Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hyang dengan bala tentaranya.

Teori Funan
George Cœdès lebih condong kepada anggapan bahwa Sailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Medang pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Sailendra. Namun teori ini tidak terbukti kuat karena beberapa prasasti dan catatan sejarah menyatakan bahwa sebelum bermukim di Jawa, keluarga Sailendra telah bermukim turun-temurun di Sumatera.

Teori Nusantara
Teori Nusantara mengajukan kepulauan Nusantara; terutama pulau Sumatera atau Jawa; sebagai tanah air wangsa ini. Teori ini mengajukan bahwa wangsa Sailendra mungkin berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah dan berkuasa di Jawa, atau mungkin wangsa asli dari pulau Jawa tetapi mendapatkan pengaruh kuat dari Sriwijaya.

Menurut beberapa sejarawan, keluarga Sailendra berasal dari Sumatera yang bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya melakukan ekspansi ke tanah Jawa pada abad ke-7 Masehi dengan menyerang kerajaan Tarumanagara dan Ho-ling di Jawa. Serangan Sriwijaya atas Jawa berdasarkan atas Prasasti Kota Kapur yang mencanangkan ekspansi atas Bhumi Jawa yang tidak mau berbhakti kepada Sriwijaya. Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar Dapunta pada prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiya?. Prasasti Sojomerto dan prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbahasa Melayu Kuna.

Teori Nusantara juga dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Sailendra, asli Nusantara yang menganut agama Siwa. Tetapi sejak Panamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahayana, raja-raja di Mataram menjadi penganut agama Buddha Mahayana juga. Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sañjaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R. Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang.

Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanu), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampula) (da pu nta selendra namah santanu nama nda bapa nda bhadrawati nama nda aya nda sampula nama nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan Sailendra yang berkuasa di Mda?.

Nama Dapunta Selendra jelas merupakan ejaan Melayu dari kata Sansekerta Sailendra karena di dalam prasasti digunakan bahasa Melayu Kuna. Jika demikian, kalau keluarga Sailendra berasal dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sanskrit di dalam prasasti-prasastinya. Dengan ditemukannya prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga Sailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra. Berdasarkan paleografinya, prasasti Sojomerto berasal dari sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi.

Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthiranga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya. Disebutkan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kemudian dikawininya dan melahirkan Sañjaya.

Dari prasasti Sojomerto dan prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mda? (Mataram), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mda? pada tahun 717 Masehi. Dari Carita Parahiyangan dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun. Kalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi. Hal ini berarti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke-7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun. Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira-kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra.

Dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahawa Raja Mandimiñak mendapat putra Sang Sena (Sanna). Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi. Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak.

Karena teori Poerbatjaraka berdasarkan Carita Parahiyangan, maka keluarga Sailendra diduga berasal dari pulau Jawa yang berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Tokoh Sanna dan Sanjaya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Mereka pada awalnya beragama Siwa seperti kebanyakan keluarga kerajaan permulaan di pulau Jawa seperti Tarumanagara dan Holing (Kalingga). Penggunaan bahasa Bahasa Melayu Kuna pada prasasti Sojomerto di Jawa Tengah serta penggunaan gelaran Dapunta menunjukkan bahwa keluarga Sailendra telah dipengaruhi bahasa, budaya, dan sistem politik Sriwijaya, hal ini menimbulkan dugaan bahwa mereka adalah vasal atau raja bawahan anggota kedatuan Sriwijaya. Hal ini seiring dengan kabar penaklukan Bhumi Jawa oleh Sriwijaya sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kota Kapur.

Berita Tiongkok yang berasal dari masa Dinasti Tang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang disebut She-po (Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sebagai ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Sima). Ratu ini memerintah dengan baik. Mungkinkah ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, maka diperoleh urutan raja-raja yang memerintah di Mda?, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Sima (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R. Sanna (710-717 Masehi), R. Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Panamkaran (746-784 Masehi), dan seterusnya.

Warisan Wangsa Sailendra
Candi-candi peninggalan Wangsa Sailendra era kerajaan Medang atu Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9, bercorak Budha dan umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan.
Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasettu. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.

Daftar raja-raja
Pendapat umum menyebutkan raja-raja Wangsa Sailendra adalah sebagai berikut,
  • Bhanu (752-775), raja pertama dan pendiri Wangsa Sailendra
  • Wisnu (775-782), Candi Borobudur mulai dibangun
  • Indra (782-812), menyerang dan mengalahkan Kerajaan Chenla (Kamboja), serta mendudukinya selama 12 tahun
  • Samaratungga (812-833), Candi Borobudur selesai dibangun
  • Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan, pangeran Wangsa Sanjaya
  • Balaputradewa (833-850), melarikan diri ke Sriwijaya setelah dikalahkan Rakai Pikatan
Akan tetapi, beberapa sejarawan tampaknya menolak urutan ini. Misalnya, Slamet Muljana berpendapat bahwa anggota wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja adalah Rakai Panangkaran. Sementara itu, Poerbatjaraka berpendapat bahwa wangsa Sanjaya itu tidak pernah ada. Dengan kata lain, Wangsa Sanjaya juga merupakan anggota Wangsa Sailendra.

Runtuhnya Wangsa Sailendra
Adanya ketimpangan perekonomian serta perbedaan keyakinan antara Sailendra sang penguasa yang beragama Buddha dengan rakyat Jawa yang beragama Hindu Siwa, menjadi faktor terjadinya ketidakstabilan di Jawa Tengah. Untuk mengatasi ini, raja Samaratungga menikahkan putrinya Pramodhawardhani, dengan anak Garung, Rakai Pikatan yang waktu itu menjadi pangeran wangsa Sanjaya. Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha. Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan saudara Pramodhawardhani. Sejarah wangsa Sailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Suwarnadwipa yang merupakan negeri asal ibunya. Setelah terusirnya wangsa Sailendra dari Jawa Tengah, berakhir pula kekuasaan Sriwijaya atas Jawa selama satu abad. Orang-orang Jawa yang menjadi pengikut Balaputradewa merasa tersingkir dan akhirnya bermigrasi ke Jawa Barat untuk mendirikan Kerajaan Banten Girang.

sumber: wikipedia indonesia

Keraton dan Konsep Budaya Hindu

Kursi Keraton Bukan Hanya Tempat DudukKursi Keraton Yogya, Gedung Agung dan Puro Paku Alaman Yogyakarta tidak hanya berfungsi sebagai sarana duduk, tetapi juga memiliki fungsi simbolik yang penuh makna. Bahkan, kursi tersebut disakralkan dan dimitoskan untuk tujuan memperkokoh legitimasi kekuasaan.
Bangsal Manguntur Tangkil, Bangunan ini adalah tempat Sultan duduk di atas singgasananya pada saat acara-acara resmi kerajaan seperti pelantikan Sultan dan Pisowanan Agung.
“Kursi-kursi yang pernah digunakan oleh para penguasa itu memberikan indikasi bahwa para penguasa telah berhasil menempatkan dirinya sebagai wong agung yang harus dihormati wong cilik,” ungkap Drs Eddy Supriyatna, M Hum, dalam ujian promosi Doktor, Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (17/11).

Pada ujian terbuka tersebut, Eddy berhak menyandang gelar doktor lewat disertasinya yang berjudul “Kursi di Keraton, Gedung Agung dan Pura Paku Alaman Yogyakarta Abad Ke-18 sampai Ke-20; Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna Simboliknya.”

Lebih lanjut dikatakan Eddy, kursi-kursi tersebut dijadikan “alat” simbolik untuk tujuan status display, sebagai upaya membangun citra. Simbol ini cenderung masih dijadikan model ideal bagi masyarakat Jawa.

Sebagaimana diketahui, menurut Eddy, konsep kekuasaan Jawa, sosok raja dianggap sebagai orang yang memiliki konsep “gung binathara baudhendha hanyakrawati, ratu pinandhita, manunggaling kawula lan gusti.”

Dalam disertasinya itu Eddy juga menjelaskan bahwa ada tiga pengaruh budaya yang sangat kuat terhadap lahirnya kursi kekuasaan Jawa, terutama yang divisualisasikan dalam bentuk dhampar kencana (singgasana). Pertama, wujud dhampar kencana dipengaruhi oleh konsep budaya Hindu, yakni seorang raja merupakan penjelmaan atau titisan dewa.

“Ini terwujud ketika raja duduk di atas singgasana memakai pakaian lengkap dengan berbagai atribut dan ornamennya, sehingga mirip seperti sosok dewa Wisnu,” katanya.

Kedua, kata Eddy, Sultan diposisikan sebagai manusia yang paripurna dan dianggap telah bersatu atau manunggal dengan Tuhannya (konsep manunggaling kawula lan gusti) atau juga bisa diartikan manunggal-nya rakyat dan Raja atau raja dengan rakyatnya. Ketiga, Dhampar kencana termasuk kategori kursi yang diwujudkan tanpa sandaran tangan dan sandaran punggung yang berasal dari bentuk dingklik. Makna simboliknya bahwa raja sebagai hamba Allah.


“Pengaruh” Eropa
Eddy juga mengatakan, jika ditinjau dari konteks bidang ilmu seni rupa, bentuk kursi di tiga istana tersebut dipengaruhi gaya kursi dari Eropa yang pernah digunakan oleh para penguasa di Eropa, khususnya Prancis dan Inggris.

Dia menjelaskan gaya kursi yang diadopsi dari Prancis adalah gaya Louis XIV (Barok) pada abad ke-18, gaya Louis XV (Rokok) pada abad ke-19, dan gaya Louis XVI (Neo-klasik) pada abad ke-20. Gaya kursi yang diadopsi dari Inggris cenderung menggunakan gaya Georgian, gaya Queen Anne dan gaya Victorian. “Gaya kursi yang diadopsi itu sebagai implikasi dari proses difusi dan akulturasi,” jelas dosen Fakultas Seni dan Desain, Universitas Tarumanagara, Jakarta.

Artikel pada harian Sinar harapan; 2008.; rilis dari UGM lihat: ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1625; foto dan teks foto: skyscrapercity.com/showthread.php?p=52142481;

Moluska Purba; Dari Makanan Hingga Bekal Kubur

Moluska Purba; Dari Makanan Hingga Bekal KuburMoluska terdiri atas kerang (berkatup dua) dan keong (berkatup satu). Entah disadari, entah tidak, seharusnya para pakar melakukan kajian terhadap moluska karena hewan kecil ini banyak memberikan informasi ilmu pengetahuan. Sayangnya, belum banyak pakar melakukan penelitian terhadap moluska.
Padahal moluska sudah dikenal sejak zaman prasejarah, yakni masa sebelum manusia mengenal sumber tertulis, ribuan tahun yang lalu. Pada masa itu manusia purba  banyak mengonsumsi kerang dan keong, sebagaimana ditunjukkan tumpukan kulit kerang pada beberapa situs arkeologi (istilah kerang lebih populer daripada keong).

Kepingan Fosil Manusia Pawon Kembali Ditemukan


Balai Arkeologi Bandung kembali menemukan sejumlah kepingan fosil sisa makanan pada zaman prasejarah dalam kotak ekskavasi baru. Arkeolog mengharapkan dapat kembali menemukan fosil yang berkaitan dengan kehidupan manusia prasejarah.
Peneliti dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri mengatakan Ekskavasi atau penggalian untuk tujuan penelitian di Situs Gua Pawon Desa Gunung Masigit Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat (KBB) dijadwalkan akan berlangsung dua pekan lamanya sampai 4 September 2010.

Fosil Bangau Raksasa Ditemukan di Flores


Menurut Zoological Journal of the Linnean Society, fosil bangau putih raksasa ditemukan di Pulau Flores. Peneliti mengatakan, penemuan fosil bangau ini penting untuk mempelajari evolusi manusia purba yang juga ditemukan di pulau ini, Homo floresiensis.
Bangau putih yang diberi nama Leptoptilos robustus itu memiliki tinggi 1,8 meter dan berat hingga 16 kilogram, membuatnya paling tinggi dan paling berat di antara spesies bangau lainnya.

Fosil Manusia Purba Indonesia

Penelitian pertama tentang manusia purba di Indonesia dilakukan oleh Eugena Dobois. Dia tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien.
Fosil lain yang ditemukan adalah :

Homo Erectus Paleojavanicus

Homo erectus paleojavanicusManusia Jawa (Homo erectus paleojavanicus) adalah anakjenis Homo erectus yang pertama kali ditemukan. Pada awal penemuan, makhluk mirip manusia ini diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus oleh Eugène Dubois, pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkoraknya di Trinil pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan latin dan memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri.

Madura: Sejarah Singkat

Topografi
Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil daripada pulau Bali), dengan penduduk sekitar 4 juta jiwa. Secara geologis Madura merupakan kelanjutan dari pegunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan Lembah Solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar, dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknya pun lebih menyatu. Puncak tertinggi di bagian timur Madura adalah Gunung Gadu (341 m), Gunung Merangan (398 m), dan Gunung Tembuku (471 m).
Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang .
Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta,Tanggerang,Depok,Bogor,Bekasi,dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa ada yang berhasil menjadi,Tekonokrat,Biokrat,Mentri atau Pangkat tinggi di dunia militer.
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.

Demografi
Mayoritas masyarakat Madura merupakan masyarakat agraris. Kurang lebih 90% penduduknya hidup terpencar-pencar di pedalaman, di desa-desa, di dukuh-dukuh, dan kelompok-kelompok perumahan petani. Pulau ini memiliki empat kota, dari barat ke timur berturut-turut yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Kota-kota tersebut adalah sekaligus ibukota kabupaten yang membagi daerah itu dengan menggunakan nama yang sama. Kota-kota itu berada di tengah-tengah daerah yang subur dan letaknya berdekatan dengan pantai. Pada zaman yang lampau, di tempat-tempat ini terdapat keraton yang merupakan kota kediaman raja-raja. Jauh sebelum orang Belanda tiba di kepulauan Indonesia, tempat kediaman raja-raja itu telah tumbuh menjadi kota-kota kecil, yang disamping tak terhitung banyaknya pegawai dan pelayan istana, juga dihuni oleh ratusan tukang, para pemilik toko kecil, dan para pedagang. Kota keraton ini merupakan pusat kebudayaan, ekonomi, dan pemerintahan kerajaan Madura.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Madura adalah bertani dan beternak. Akan tetapi hasil pertanian tidak dapat menghidupi seluruh penduduknya sehingga sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang, nelayan dan pembuat garam. Kurangnya kesuburan tanah dan pengairan yang tidak memadai, menyebabkan banyak penduduk Madura yang bermigrasi ke pulau Jawa dengan alasan utama untuk mencari nafkah. Proses perpindahan ini melaui bermacam saluran seperti perdagangan, pelayaran, penangkapan ikan dan ekspedisi militer. Alasan lain penduduk Madura bermigrasi, menurut J.Van Goor yang dikutip oleh Sutjipto, adalah untuk menghindarkan diri dari wajib militer, pemerasan atau tekanan dari bupati dan dari perlakuan hukum yang semena-mena. Karena itu, sampai saat ini banyak dijumpai orang Madura di daerah Jawa Timur.
Sejarah
Secara politis, Madura selama berabad-abad telah menjadi subordinat daerah kekuasaan yang berpusat di Jawa. Jadi dapat dibenarkan bahwa Madura mendapatkan pengaruh yang besar dari Jawa. Sepanjang diketahui bahwa secara berturut-turut Madura menjadi bagian dari kerajaan Hindu dan Islam di Jawa. Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.

Administrasi
Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:
  1. Kabupaten Bangkalan
  2. Kabupaten Sampang
  3. Kabupaten Pamekasan
  4. Kabupaten Sumenep
Pulau ini termasuk provinsi Jawa Timur

Menelusuri Sejarah Carok dan Celurit Madura

Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Satu sama lain tak bisa dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan).
PADA zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak Sakera. Mandor tebu dari Pasuruan ini hampir tak pernah meninggalkan celurit setiap pergi ke kebun untuk mengawasi para pekerja. Celurit bagi Sakera merupakan simbol perlawanan rakyat jelata. Lantas apa hubungannya dengan carok?Carok dalam bahasa Kawi kuno artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar. Bahkan antarpenduduk sebuah desa di Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Pemicu dari carok ini berupa perebutan kedudukan di keraton, perselingkuhan, rebutan tanah, bisa juga dendam turun-temurun selama bertahun-tahun.Pada abad ke-12 M, zaman kerajaan Madura saat dipimpin Prabu Cakraningrat dan abad 14 di bawah pemerintahan Joko Tole, istilah carok belum dikenal. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok.Munculnya budaya carok di pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M.
Setelah Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, orang-orang bawah mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit. Saat itulah timbul keberanian melakukan perlawanan.Namun, pada masa itu mereka tidak menyadari, kalau dihasut oleh Belanda. Mereka diadu dengan golongan keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah Belanda, yang juga sesama bangsa. Karena provokasi Belanda itulah, golongan blater yang seringkali melakukan carok pada masa itu. Pada saat carok mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris sebagaimana yang dilakukan masyarakat Madura zaman dahulu, akan tetapi menggunakan celurit sebagai senjata andalannya.
Senjata celurit ini sengaja diberikan Belanda kepada kaum blater dengan tujuan merusak citra Pak Sakera sebagai pemilik sah senjata tersebut. Karena beliau adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki sebagian masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau ada persoalan, perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan jalan carok. Alasannya adalah demi menjunjung harga diri. Istilahnya, daripada putih mata lebih baik putih tulang. Artinya, lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu.Tidak heran jika terjadi persoalan perselingkuhan dan perebutan tanah di Madura maupun pada keturunan orang Madura di Jawa dan Kalimantan selalu diselesaikan dengan jalan carok perorangan maupun secara massal. Senjata yang digunakan selalu celurit. Begitu pula saat melakukan aksi kejahatan, juga menggunakan celurit.Kondisi semacam itu akhirnya, masyarakat Jawa, Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya, Sulawesi mengecap orang Madura suka carok, kasar, sok jagoan, bersuara keras, suka cerai, tidak tahu sopan santun, dan kalau membunuh orang menggunakan celurit. Padahal sebenarnya tidak semua masyarakat Madura demikian.
Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Mereka ini keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda.Setelah sekian tahun penjajah Belanda meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan, Sampang, maupun Pamekasan. Mereka mengira budaya tersebut hasil ciptaan leluhurnya, tidak menyadari bila hasil rekayasa penjajah Belanda.

Sumber : posmo.wordpress.com

Jembatan Suramadu

Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan terpanjang di Asia Tenggara ialah Bang Na Expressway di Thailand (54 km). Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).
Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.
Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.

Galeri foto:






Berikut kilasan fakta sejarah :
Gagasan Suramadu berawal pada 1960-an saat guru besar dari ITB (Intitute Teknologi Bandung) Prof Dr Setyadmo (alm) mengusulkan terobosan berani di zaman itu, yaitu menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera. Ide gila itu mendapat respon berbagai pihak, dan pada 1965 dibuat desain oleh ITB jembatan melintasi Selat madura tersebut.

Gagasan dan konsep pengembangan jembatan antarpulau tersebut, tahun 1986 dikemukakan kepada penguasa orde baru saat itu, Soeharto. Namun, meluas tidak hanya menyatukan Pulau Jawa dan Sumatra saja, tapi juga Pulau Jawa-Madura dan Jawa-Bali, dikenal dengan nama Tri Nusa Bima Sakti.
Menristek, Kepala BPPT saat itu, B.J. Habibie, mendapat tugas untuk mengkaji pembangunan tiga jembatan spekatakuler menyatukan Pulau Sumatera dan Jawa, berikutnya Pulau Jawa dan Madura serta Pulau Jawa dan Bali.

Dari tiga jembatan melintasi selat yang menyatukan pulau satu dengan lainnya itu, secara teknologi dan finansial, tahap awal lebih memungkinkan menyatukan Pulau Jawa dengan Madura. Jembatan sepanjang lebih dari lima kilometer di Selat Madura itu dibangun dengan kontruksi konvensional berupa tiang pancang beton dengan bentang tengah berupa konstruksi gantung seperti halnya golden gate di San Fransisco, AS.
Sementara pembangunan jembatan di Selat Sunda, memerlukan dana besar dan teknologi mumpuni (sepanjang sekitar 26 km). Sedangkan jembatan yang menyatukan Jawa dan Bali, selain palung di Selat Bali dalam yang memerlukan teknologi khusus, juga adanya tentangan dari pemerintah dan masyarakat Pulau Dewata, yang kuatir arus urbanisadi dari Jawa ke Bali makin tinggi.
Namun, pecinta lingkungan berdalih lain, jembatan Jawa-Bali akan merusak habitat burung endemis Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang hanya ada di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Pasalnya, jalan akses jembatan melintas Selat Bali tersebut menembus atau membelah kawasan TNBB.

Akhir tahun 1980-an, ide pembangunan jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) terus bergulir. Keinginan merealisasikan jembatan Suramadu makin mengebu, pada awal tahun 1990-an dimana gubernur Jatim saat itu dijabat Soelarso, B.J. Habibie kembali menggulir rencana pembangunan jembatan melintasi Selat Madura.
Ini seiring dengan dikukuhkannya pembangunan jembatan Suramadu sebagai jembatan nasional melalui Keputusan Presiden, Nomor 55 Tahun 1990.

Di Era Gubernur Soelarso, mulai melakukan pembebasan lahan di sisi Surabaya maupun Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura. Perjalanan jembatan Suramadu tertatih-tatih, dimana saat gubernur Jatim dijabat Basofi Soedirman, pada akhir masa jabatannya dan Habibie menjabat presiden di awal orde reformasi, wujud fisik jembatan belum juga tampak.
Baru saat Presiden digenggam Megawati Soekarnoputri-lah pada 20 Agustus tahun 2003, wujud fisik pembangunan jembatan Suramadu mulai tampak. Selebihnya pemerintahan SBY tinggal melanjutkan dan merampungkan mega proyek fenomenal tersebut.

Berbagai sumber 

Komplek Raja Madura Dijaga 104 Juru Kunci

(Foto: Dok Okezone)SUMENEP- Magnet situs Makam Asta Tinggi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tergolong sangat luar biasa ketimbang komplek makam lain yang ada di Pulau Madura.

Betapa tidak, untuk sekedar melestarikan dan menjaga komplek tersebut, ada 104 juru kunci yang bertugas secara bergantian. Ratusan juru kunci tersebut, dijadwal sedemikian rapi dan tertib, serta disebar ke dua komplek makam, baik sisi barat maupun timur.

Lebih menarik lagi, mereka tidak hanya berasal dari kabupaten Sumenep, melaikan ada yang berasal dari luar Pulau Madura, seperti kabupaten Banyuwangi dan Probolinggo, Jawa Timur.

“Yang pasti, untuk tiap harinya ada sebanyak 12 orang juru kunci yang bertugas di sini. Untuk jumlah totalnya, ada 104 juru kunci,” ujar Nur Halim (52), salah satu juru kunci yang bertugas di kubah utama sisi barat.

Halim menerangkan, tugas dari para juru kunci sendiri sangat berbeda. Bila di depan, pengunjung pasti disambut oleh seorang juru kunci yang bertugas menanyakan jumlah rombongan yang dibawa, sekaligus menunjukkan komplek makam yang akan dikunjungi.

Demikian juga saat melintas di gerbang tengah, pengunjung juga akan disambut oleh senyum khas sang juru kunci, sembari melempas tangan kanan, menunjukkan komplek makam utama yang berada di dalam cungkup atau kubah.

Terakhir, saat sampai di cungkup, di mana di dalamnya berisi makam para raja Sumenep, pengunjung juga bertemu dengan juru kunci lagi. Biasanya, selain menerangkan silsilah dan sejarah singkat raja yang dimakamkan, juru kunci tersebut juga sering didaulat untuk memimpin pembacaan surat Yasin dan tahlil.

“Yang membuat kita kelabakan, kalau pengunjung banyak. Sulit bagi waktu dalam melakukan penjelasan,” tegas Halim.

Profesi sebagai juru kunci makam Asta Tinggi, oleh Halim sendiri dijalani dengan ikhlas tanpa pamrih. Dia mengaku sejak tahun 1982 telah menjadi juru kunci di makam para raja tersebut. Artinya, hampir separuh umur yang dimiliki, banyak diabdikan diri untuk menjadi juru kunci.

“Bagi saya ini pekerjaan yang sangat mulia. Selain bisa mengabdi bagi beliau (raja), juga untuk melestarikan warisan sejarah Sumenep,” ucapnya.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Samsuri, juru kunci bagian depan, yang biasa menerima dan mendata pengunung Asta Tinggi. Pria asal kabupaten Banyuwangi ini mengaku memilik kepuasan batin, karena bisa menjadi bagian dari Asta Tinggi, meski hanya sebatas jadi juru kunci.

“Sudah puluhan tahun saya di sini melayani pengunjung. Ini menjadi kebanggan tersendiri,” terangnya.

Sementara itu, Tanziel (30), salah satu pengunjung komplek makam Asta Tinggi, menyatakan bahwa dirinya sering berkunjung ke komplek makam tersebut. Paling tidak satu kali dalam satu bulan, bila ada tugas kerja di kabupaten Sumenep selalu menyempatkan diri ziarah.

Dia menyatakan tidak punya motif apa-apa, hanya sebatas ziarah dan mempelajari warisan sejarah besar yang dimiliki oleh Pulau Madura, khususnya kabupaten Sumenep. Terlebih lagi, menjadi pelajaran hidup bahwa di dunia ini tak ada yang kekal dan semua akan kembali pada sang pencipta.

“Tujuan saya hanya sekedar untuk ziarah, sekaligus menikmati warisan budaya yang sangat tak ternilai harganya,” kata Tanziel, yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta ini.

(Subairi/Koran SI/ful)

Determinasi Ekologi dalam Sejarah Madura

Judul Buku : Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940
Penulis : Prof. Dr. Kuntowijoyo
Penerbit : Mata Bangsa, Yogyakarta, bekerja sama dengan Yayasan Adikarya
IKAPI dan The Ford Foundation
Cetakan : Pertama, November 2002
Tebal : xxiv + 679 halaman

Pluralitas etnis dan budaya di Indonesia selama ini menjadi semacam khazanah kekayaan bangsa yang terpendam. Kajian-kajian serius terhadap beragam kultur lokal belum pernah diangkat secara luas menjadi wacana publik. Sementara itu, arus kebebasan yang dipicu oleh Orde Reformasi di satu sisi telah menyuburkan penerbitan karya-karya penelitian etnografis yang telah dihasilkan oleh berbagai kalangan intelektual. Salah satunya adalah buku karya sejarawan terkemuka, Prof. Dr. Kuntowijoyo ini.

Buku yang mulanya adalah disertasi doktoral di Columbia University ini menyajikan gambaran yang cukup mendalam tentang proses perubahan sosial di Madura dalam periode satu abad menjelang kemerdekaan Indonesia. Sudut pandang sejarah yang digunakan Kunto lebih bersifat sosiologis, dengan menekankan pada formasi-formasi sosial dan cara-cara masyarakat melakukan aktivitas produksi.

Tesis utama buku ini adalah bahwa sejarah masyarakat Madura dibentuk sedemikian rupa oleh berbagai kekuatan alam, baik itu ekologi fisik maupun ekologi sosial. Dari proses historis yang diamati Kunto dapat disimpulkan bahwa Madura adalah suatu unit lingkungan sejarah yang cukup unik dan berbeda dengan wilayah geografis yang lain di Indonesia. Di Madura, sisi pengaruh berbagai kebijakan kolonial Belanda kurang menampakkan pengaruhnya: struktur desa dan kelompok strata sosial yang hidup di dalamnya, struktur birokrasi kolonial, dan juga penetrasi dagang kaum kapitalis Eropa.

Di bagian awal Kunto berusaha memberikan gambaran ekologi fisik Madura yang dikenal gersang, bercurah hujan rendah, dan memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Pengaruhnya terlihat pada tatanan kepemukiman masyarakatnya. Berbeda dengan masyarakat luar Madura yang memiliki pusat-pusat pemukiman di tiap desa, pemukiman penduduk di Madura lebih bersifat tersebar dalam kelompok-kelompok perdusunan kecil dengan hubungan keluarga sebagai faktor pengikatnya. Desa bukannya dibentuk oleh suatu kompleks pemukiman penduduk dan dikitari oleh persawahan. Hal ini membuat kontak sosial antar-warga menjadi cukup sulit, sehingga tidak aneh bila orang-orang di Madura relatif sulit membentuk solidaritas desa dan lebih didorong untuk memiliki rasa percaya diri yang bersifat individual. Ini berarti bahwa hubungan sosial lebih berpusat pada individu-individu, dengan keluarga inti (yang mendiami dusun-dusun kecil itu) sebagai unit dasarnya.

Pada titik inilah peranan pemuka agama (kiai) menjadi penting, yakni sebagai perantara budaya masyarakat dengan dunia luar, termasuk juga dengan penguasa.
Naga-naga perubahan sosial di Madura bermula dari berakhirnya kejayaan kerajaan-kerajaan tradisional Madura (Sumenep, Pamekasan, dan Bangkalan), ketika mereka menyerah pada penguasa kolonial Belanda pada paruh kedua abad ke-19. Sistem upeti misalnya yang sebelumnya memang sudah hampir tak berdaya melawan arus kekuatan pedagang Cina menjadi semakin sulit mendapat tempat, seperti juga akhirnya para bangsawan tidak lagi mendapat kursi kekuasaan tradisional, dan akhirnya masuk ke dalam sistem birokrasi kolonial Belanda dan mewujud dalam bentuk kelas sosial priyayi.

Sejalan dengan itu, proses dan pengaruh struktur ekologis mengantarkan Madura dalam suatu situasi kelangkaan ekonomi yang cukup signifikan, ditambah lagi dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Menghadapi hal ini, terjadi migrasi yang cukup besar sebagian masyarakat Madura ke wilayah timur Pulau Jawa. Apalagi saat itu di situ sedang semarak dibangun proyek-proyek perkebunan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Solidaritas sosial di Madura sempat berkembang pada awal abad ke-20, mengiringi gerakan nasional dan didukung oleh hasil pengaruh politik etis (pendidikan) kolonial. Organisasi Sarekat Islam misalnya sempat aktif di Madura, bahkan sempat memberikan sedikit aksi massa seperti perlawanan sosial-ekonomi, baik terhadap penguasa kolonial maupun kapitalis Cina. Tapi itu tidak bertahan terlalu lama.

Dari keseluruhan uraian dalam buku ini, pertanyaan kontekstual yang muncul adalah apakah saat ini ekologi fisik dan sosial di Madura sudah mengalami perubahan, sehingga dapat mendorong terjadi perubahan sosial ke arah yang berbeda? Di bagian epilog yang ditulis khusus untuk buku ini Kunto memberikan jawaban bahwa belum ada perubahan signifikan, sehingga “ke-Madura-an” orang Madura tetap begitu lekat.

Buku ini begitu berharga bagi perkembangan perjalanan bangsa ini, dan terutama bagi masyarakat Madura. Ada kecenderungan bahwa bangsa ini mulai kehilangan dasar-dasar pijakan historisnya sehingga seringkali arah perjalanan bangsa, atau kelompok masyarakat tertentu, tercerabut dari akar sejarahnya sendiri. Sudah waktunya bangsa yang besar ini memungut dan menata kembali warisan sejarahnya yang panjang, untuk dimaknakan sebagai etos yang bersifat orientatif dan sebagai pendorong kemajuan bangsa.

Buku ini menyajikan data-data dan analisis sejarah yang cukup kaya, yang ternyata banyak ditemukan di pusat-pusat kajian di Belanda. Sejarawan kita benar-benar ditantang untuk mengumpulkan dan menganalisis arsip-arsip perjalanan bangsa yang berserakan di mana-mana, termasuk juga dalam sejarah lisan yang hidup di tengah masyarakat.


Sinar Harapan, 13 September 2003.